Budi Utomo: Peranannya Dalam Pendidikan Indonesia Pada 1908-1935

 


Penulis : Karolina Ina Lapu


Organisasi Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang ada di Indonesia yang dibentuk secara modern. Namun demikianlah keberadaan Budi Utomo tidak hanya berdasarkan peristiwa luar negeri yang mau menyadari situasi bangsa tetapi terkait juga dengan organisasi yang ada sebelum 1908. Dalam majalah Retno Deomilah, terbit tahun 1895 dan Pewarta Priyayi, tercermin fakta keberadaan pertumbuhan di kalangan elit pribumi untuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Dalam majalah tersebut dijelaskan tentang kondisi pendudukan Jawa yang semakin memburuk dan memprihatinkan dengan perhatian khusus bagi kalangan priyayi. Dalam majalah Retno Deomilah inilah Dr. Wahidin Soedirohoesodo memiliki peran yang sanagat penting dalam memberikan pendidikan dan juga penyadaran terhadap masyarakat Jawa dan juga sebagai pelopor dari berdirinya organisasi Budi Utomo (Yasmis, 2008). Sebagai redaktur dari Retno Deomilah, Wahidin berusaha untuk melakukan komunikasi dengan kalangan luas pribumi melalui penulisan dalam Retno Deomilah dan berceramah keliling pulau Jawa. Dalam pidato yang disampaikan Wahidin diungkapkan tentang propaganda mengenai kebangkitan masyarakat Jawa yang tidak akan lepas dengan kemahiran dalam berbahasa Belanda karena bahasa Belanda merupakan bahasa yang dipakai dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. jadi menurut Wahidin pendidikan merupakan kunci kemajuan. Adapun tujuan dari organisasi Budi Utomo, yaitu Pertama, menyadarkan kedudukan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri. Kedua, berusaha dalam meningkatkan kemajuan dalam bidang mata pencaharian serta penghidupan bangsa dengan memperdalam kesenian dan kebudayaan. Ketiga, menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat. Keempat, berfokus dalam bidang (mencakup masalah) pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Kelima, membuka pemikiran seluruh masyarakat Hindia tanpa melihat dari perbedaan keturunan, kelamin, dan juga agamanya.

Pada akhir tahun 1907 Dr. Wahidin melakukan ceramah keliling kepada para pelajar STOVIA mengenai cita-citanya untuk mendirikan badan bantuan pendidikan atau Studifont. Tujuan dari Dr. Wahidin melakukan ini adalah untuk dapat menolong para pemuda Indonesia agar bisa menuntut pendidikan di perguruan tinggi. Selain Dr. Wahidin, Sutomo juga turut mengambil peran dalam pendidikan Indonesia, dimana ia pada waktu itu dengan cepat  mencari hubungan dengan pelajar-pelajar lainnya yang berada di luar Jakarta, Sutomo menuliskan tentang cita-cita untuk dapat mendirikan perhimpunan pelajar yang berada di Yogyakarta, Semarang dan Magelang (Muljana, 2008: 12). Dengan adanya peran Budi Utomo membantu anak-anak Indonesia pada waktu itu dalam mencapai pendidikannya, organisasi ini meminta kepada pemerintah Hindia Belanda untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak muda Indonesia agar bisa belajar sampai ke negeri Belanda. Hal ini membahawa pembaharuan yang akan menyebabkan munculnya elemen-elemen radikal dengan tujuan untuk membuka kesadaran dari para pemimpin Budi Utomo agar dapat terus memperjuangakan dan menuntuk hak bagi masyarakat pribumi dengan sebagaimana mestinya. Dengan segala perjuangan dan peran-peran yang dilakukan oleh organisasi Budi Utomo membuat mereka dicap sebagai organisasi pelopor kebangkitan nasional. Hal tersebut juga tidak terlepas dari segala perjuangan yang mereka lakukan dan organisasi Budi Utomo juga merupakan organisasi yang pertama dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia dalam perjuangan bersama tanpa terpecah bela.

Peran Budi Utomo yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat dan juga negara bukan saja bermanfaat bagi pemerintah kolonial, tetapi organisasi ini juga memiliki kemampuan yang istimewa yang berfungsi sebagai jembatan antara pejabat kolonial dengan kaum pelajar Jawa. Selain itu, Budi Utomo juga mengajukan suatu tuntutan untuk adanya persamaan kedudukan dalam hukum. Organisasi Budi Utomo berpegang teguh pada prinsip “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”. Mereka beranggapan bahwa masih banyak hal yang diperlukan dalam pergerakan mereka yang mengharuskan Budi Utomo tetap bekerja sama dengan pihak pemerintah.

Adapun semboyan dari Budi Utomo menggunakan filsafat “Tumbuhnya pohon beringin yang hidupnya lambat dan tumbuh dengan sabar. Pohon beringin yang sudah besar akan berdiri dengan kokoh dan juga rindang, serta dapat memberikan keteduhan pada siapa pun yang ada di bawahnya. Filosofi pohon beringin ini dijadikan semboyan oleh organisasi Budi Utomo dan hal itu terbukti jika dilihat dalam pergerakan Budi Utomo, dimana organisasi ini dapat dan mampu bertahan dengan waktu yang lama. Organisasi Budi Utomo sendiri dipandang sebagai organisasi pelopor pergerakan nasional karena telah memberikan inspirasi bagi para kaum nasionalis di Indonesia untuk dapat membangun perjuangan yang berbasis pada organisasi modern. Untuk dapat memperjuangkan pendidikan Indonesia, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hindia Belanda, dimana usulan tersebut merupakan usaha mereka dalam pendidikan. Adapun usulan yang diajukan Budi Utomo kepada pemerintah Hindia Belanda, yaitu pertama, meninggikan tingkat pengajaran pada sekolah guru, baik itu guru bumi putera maupun sekolah priyayi. Kedua, memberikan beasiswa kepada orang – orang bumi putera. Ketiga, menyediakan lebih banyak tempat untuk sekolah pertanian. Keempat, memberikan izin untuk pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo. Kelima, mengadakan sekolah VAK atau sekolah kejuruan bagi para bumi putera dan para perempuan. Keenam, memelihara tingkat pelajaran di sekolah – sekolah dokter Jawa. Ketujuh, mendirikan TKK atau taman kanak- kanak bagi anak-anak bumi putera. Dan yang terakhir adalah memberikan kesempatan bagi bumi putera untuk dapat mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah Eropa atau sekolah Tionghoa-Belanda. Adanya organisasi Budi Utomo telah menjadi tonggak sejarah awal dari bangkitnya nasionalisme, semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia hingga pada akhirnya pada tahun 1928 para pemuda Indonesia melakukan “ Sumpah Pemuda”.

 

Sumber Referensi:

Anwar, Yozar. 1981. Pergolakan Mahasiswa Abad 20. Jakarta: Sinar Harapan.

Hatta, Mohammad. 1980. Permulaan Pergerakan Nasional. Jakarta: Yayasan Idayu.

 Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan Nasional, Dari kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: PT Gramedia.

Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jilid I. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.

Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Ricklefs, M. C. 1995. Sejarah Indonesia Modern . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yasmis, Y. (2008). PERANAN BUDI UTOMO DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT. Jurnal Sejarah Lontar, 5(1), 29-38. 

Komentar