Organisasi Budi
Utomo merupakan organisasi pertama yang ada di Indonesia yang dibentuk secara
modern. Namun demikianlah keberadaan Budi Utomo tidak hanya berdasarkan
peristiwa luar negeri yang mau menyadari situasi bangsa tetapi terkait juga
dengan organisasi yang ada sebelum 1908. Dalam majalah Retno Deomilah, terbit
tahun 1895 dan Pewarta Priyayi, tercermin fakta keberadaan pertumbuhan di
kalangan elit pribumi untuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Dalam
majalah tersebut dijelaskan tentang kondisi pendudukan Jawa yang semakin
memburuk dan memprihatinkan dengan perhatian khusus bagi kalangan priyayi.
Dalam majalah Retno Deomilah inilah Dr. Wahidin Soedirohoesodo memiliki peran
yang sanagat penting dalam memberikan pendidikan dan juga penyadaran terhadap
masyarakat Jawa dan juga sebagai pelopor dari berdirinya organisasi Budi Utomo
(Yasmis, 2008). Sebagai redaktur dari Retno Deomilah, Wahidin berusaha untuk
melakukan komunikasi dengan kalangan luas pribumi melalui penulisan dalam Retno
Deomilah dan berceramah keliling pulau Jawa. Dalam pidato yang disampaikan
Wahidin diungkapkan tentang propaganda mengenai kebangkitan masyarakat Jawa
yang tidak akan lepas dengan kemahiran dalam berbahasa Belanda karena bahasa
Belanda merupakan bahasa yang dipakai dalam sistem pendidikan yang ada di
Indonesia. jadi menurut Wahidin pendidikan merupakan kunci kemajuan. Adapun
tujuan dari organisasi Budi Utomo, yaitu Pertama,
menyadarkan kedudukan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri. Kedua,
berusaha dalam meningkatkan kemajuan dalam bidang mata pencaharian serta
penghidupan bangsa dengan memperdalam kesenian dan kebudayaan. Ketiga,
menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat. Keempat,
berfokus dalam bidang (mencakup masalah) pendidikan, pengajaran, dan
kebudayaan. Kelima,
membuka pemikiran seluruh masyarakat Hindia tanpa melihat dari perbedaan
keturunan, kelamin, dan juga agamanya.
Pada akhir tahun
1907 Dr. Wahidin melakukan ceramah keliling kepada para pelajar STOVIA mengenai
cita-citanya untuk mendirikan badan bantuan pendidikan atau Studifont.
Tujuan dari Dr. Wahidin melakukan ini adalah untuk dapat menolong para pemuda
Indonesia agar bisa menuntut pendidikan di perguruan tinggi. Selain Dr.
Wahidin, Sutomo juga turut mengambil peran dalam pendidikan Indonesia, dimana
ia pada waktu itu dengan cepat mencari
hubungan dengan pelajar-pelajar lainnya yang berada di luar Jakarta, Sutomo
menuliskan tentang cita-cita untuk dapat mendirikan perhimpunan pelajar yang
berada di Yogyakarta, Semarang dan Magelang (Muljana, 2008: 12). Dengan adanya
peran Budi Utomo membantu anak-anak Indonesia pada waktu itu dalam mencapai
pendidikannya, organisasi ini meminta kepada pemerintah Hindia Belanda untuk
memberikan beasiswa kepada anak-anak muda Indonesia agar bisa belajar sampai ke
negeri Belanda. Hal ini membahawa pembaharuan yang akan menyebabkan munculnya
elemen-elemen radikal dengan tujuan untuk membuka kesadaran dari para pemimpin
Budi Utomo agar dapat terus memperjuangakan dan menuntuk hak bagi masyarakat
pribumi dengan sebagaimana mestinya. Dengan segala perjuangan dan peran-peran
yang dilakukan oleh organisasi Budi Utomo membuat mereka dicap sebagai
organisasi pelopor kebangkitan nasional. Hal tersebut juga tidak terlepas dari
segala perjuangan yang mereka lakukan dan organisasi Budi Utomo juga merupakan
organisasi yang pertama dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan rasa
persatuan sebagai bangsa Indonesia dalam perjuangan bersama tanpa terpecah
bela.
Peran Budi Utomo
yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat dan juga negara bukan saja
bermanfaat bagi pemerintah kolonial, tetapi organisasi ini juga memiliki
kemampuan yang istimewa yang berfungsi sebagai jembatan antara pejabat kolonial dengan kaum pelajar Jawa. Selain itu, Budi Utomo juga mengajukan suatu tuntutan untuk adanya persamaan
kedudukan dalam hukum. Organisasi Budi Utomo berpegang teguh pada prinsip “Biar
lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”. Mereka
beranggapan bahwa masih banyak hal yang diperlukan dalam pergerakan mereka yang
mengharuskan Budi Utomo tetap bekerja sama dengan pihak pemerintah.
Adapun semboyan
dari Budi Utomo menggunakan filsafat “Tumbuhnya pohon beringin yang hidupnya
lambat dan tumbuh dengan sabar. Pohon beringin yang sudah besar akan berdiri
dengan kokoh dan juga rindang, serta dapat memberikan keteduhan pada siapa pun
yang ada di bawahnya. Filosofi pohon beringin ini dijadikan semboyan oleh
organisasi Budi Utomo dan hal itu terbukti jika dilihat dalam pergerakan Budi
Utomo, dimana organisasi ini dapat dan mampu bertahan dengan waktu yang lama.
Organisasi Budi Utomo sendiri dipandang sebagai organisasi pelopor pergerakan
nasional karena telah memberikan inspirasi bagi para kaum nasionalis di
Indonesia untuk dapat membangun perjuangan yang berbasis pada organisasi
modern. Untuk dapat memperjuangkan pendidikan Indonesia, Budi Utomo memberikan
usulan kepada pemerintah Hindia Belanda, dimana usulan tersebut merupakan usaha
mereka dalam pendidikan. Adapun usulan yang diajukan Budi Utomo kepada
pemerintah Hindia Belanda, yaitu pertama,
meninggikan tingkat pengajaran pada sekolah guru, baik itu guru bumi putera
maupun sekolah priyayi. Kedua,
memberikan beasiswa kepada orang – orang bumi putera. Ketiga,
menyediakan
lebih banyak tempat untuk sekolah pertanian. Keempat,
memberikan izin untuk pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo. Kelima,
mengadakan sekolah VAK atau sekolah kejuruan bagi para bumi putera dan para
perempuan. Keenam, memelihara tingkat pelajaran di
sekolah – sekolah dokter Jawa. Ketujuh,
mendirikan TKK atau taman kanak- kanak bagi anak-anak bumi putera. Dan yang
terakhir adalah memberikan kesempatan bagi bumi putera untuk dapat mengenyam
bangku pendidikan di sekolah rendah Eropa atau sekolah Tionghoa-Belanda. Adanya
organisasi Budi Utomo telah menjadi tonggak sejarah awal dari bangkitnya
nasionalisme, semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia hingga pada
akhirnya pada tahun 1928 para pemuda Indonesia melakukan “ Sumpah Pemuda”.
Sumber
Referensi:
Anwar, Yozar. 1981. Pergolakan
Mahasiswa Abad 20. Jakarta: Sinar Harapan.
Hatta, Mohammad. 1980. Permulaan
Pergerakan Nasional. Jakarta: Yayasan Idayu.
Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pengantar
Sejarah Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan Nasional, Dari kolonialisme Sampai
Nasionalisme. Jakarta: PT Gramedia.
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran
Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan.
Jilid I. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya
Nasionalisme Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Ricklefs, M. C. 1995. Sejarah
Indonesia Modern .
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yasmis, Y. (2008). PERANAN
BUDI UTOMO DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT. Jurnal Sejarah Lontar, 5(1), 29-38.
Komentar
Posting Komentar