Peliknya Kisah Cinta Putri Pertama Soekarno

Oleh: Amaranggana Ratih Mra Dipta
Editor: Raymizard Alifian F.


        Megawati Soekarnoputri memang dikenal sebagai politikus wanita yang sangat tangguh, kiprahya mulai dari aktivis GMNI hingga menjadi presiden Indonesia, dan bahkan setelah gagal dalam dua kali pemilu pun, namanya tidak pernah surut. Mungkin ketangguhan Megawati sudah dilatih secara alami sejak kecil, dimana ia menyaksikan banyak sekali teror yang mengancam keluarganya, menjadi anak founding father memang nyatanya tidak seindah itu. Megawati banyak mengambil sari kehidupan dari masa kecilnya, dan selalu niteni bagaimana kedua orangtuanya menyikapi berbagai situasi yang terjadi di Indonesia. Namun, Megawati tumbuh menjadi gadis yang menyenangkan bagi Soekarno, ia pandai menari, dan sering dibawa Soekarno pada kunjungan ke negara-negara sahabat.


        Kisah cinta Megawati juga menjadi salah satu hal yang cukup menarik untuk dibahas. Di usia 21 tahun, Megawati menikah dengan seorang pilot terbaik lulusan Akademi Angkatan Udara Republik Indonesia, Surindro Supjarso, atau ‘mas Patjul’. Perkenalan Megawati dengan Surindro dijembatani oleh Guntur, karena Surindro ini juga merupakan sahabat karib Guntur. Megawati dan Surindro menikah pada 1 Juni 1968 di Kebayoran Baru, setelah menikah, Megawati ikut suaminya pindah ke Kompleks Perumahan AURI Madiun. Megawati nampak menikmati hari-harinya sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak pertamanya, Mohammad Rizki Pratama. Hal ini pun juga dikomentari oleh Rachmawati, adiknya, “dia sih nyonya rumah bener”.


        Namun ketika Megawati sedang mengandung anak kedua, dirinya harus ditinggal mas Patjul bertugas di Irian Barat. Tragisnya, kemalangan harus kembali menimpa kehidupan Megawati. Tepat satu hari sebelum ulang tahun Megawati tepatnya pada tanggal 22 Januari 1970, Surindro dan tujuh orang awak pesawat Skyvan T-701 yang dikemudikannya dilaporkan hilang di perairan Biak, Irian Barat. Jasad Surindro dan tujuh orang awak pesawat ini juga tidak pernah ditemukan, hanya serpihan pesawat yang mengambang di perairan Biak. Padahal anak kedua Megawati, Mohammad Prananda Prabowo diprediksi akan lahir bulan April. Kemalangan Megawati semakin menjadi ketika harus ditinggal ayahnya pada 21 Juni di tahun yang sama. Sulit bagi Megawati untuk kembali bangkit dari masa ini, kehilangan dua laki-laki yang dicintainya dalam satu tahun.



        Setahun kemudian, dalam Harian Kompas 5 Juli 1972, ada sebuah pengumuman bahwa Megawati telah menikah dengan Hassan Gamal A.H., di Sukabumi. Sontak kabar ini menggerkan media dan keluarga Megawati sendiri. Fatmawati membantah pernikahan itu, Guntur juga kemudian memanggil pengacara untuk menggugat pernikahan Megawati dengan Hassan. Hassan Gamal adalah seorang diplomat Mesir untuk Indonesia, saat itu ia tinggal di Kebayoran Baru, rumahnya cukup dekat dengan rumah Fatmawati. Awalnya, Hassan mengunjungi rumah Fatmawati untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Soekarno, kemudian lama kelamaan Hassan jadi semakin sering mengunjungi rumah Fatmawati. Hassan mengatakan bahwa ia ingin tinggal di Indonesia, setidaknya sampai ia masa dinasnya di Indonesia berakhir.


        Selain itu, Hassan juga menawarkan Guntur dan suami Sukmawati, Deddy Suharto, untuk berkongsi dagang. Rachmawati juga pernah dianjurkan oleh Hassan untuk memoir sebagai anak Soekarno, Hassan berjanji akan menerbitkan memoir tersebut, namun kedua penawaran Hassan untuk anak-anak Soekarno tidak pernah ada kelanjutannya. Mungkin ini yang membuat keluarga Soekarno kemudian tidak menyukai Hassan, terutama Rachma, ia adalah orang pertama yang tidak suka dengan Hassan. Rachma bahkan menulis di depan rumahnya “melarang siapa sadja jang masuk tanpa izin” Rachma juga menyertakan pasal 167 KUHP, namun pengumuman ini hanya untuk Hassan. Bagaimanapun juga, Hassan dan Megawati tetap menikah di Sukabumi, padahal ketika hendak pergi, Megawati pamit untuk memutuskan hubungan dengan Hassan, nyatanya mereka malah menikah.


        Apakah ada alasan lain keluarga Soekarno tidak menyetujui pernikahan Megawati, selain karena ketidaksukaannya terhadap Hassan? Guntur mengatakan bahwa Surindro belum tentu meninggal, AURI pun belum pernah menerbitkan surat gugurnya Surindro. Letkol Soetardjo dari Markas Besar AURI menyatakan bahwa tidak ada batas waktu tentang yang menyatakan gugurnya seorang prajurit. Letkol Soetardjo juga mengambil contoh dari prajurit Jepang Shoichi Yokoi yang ‘bersembunyi’ di sebuah hutan di Guam 28 tahun lamanya sejak Perang Dunia II, dan ia masih hidup. Namun tentu saja kejadian ini memiliki probabilitas yang sangat kecil. Menurut Buya Hamka, dalam pandangan Islam, apabila istri ditinggal mati suami dalam keadaan hamil, maka masa iddah-nya adalah sampai ia melahirkan, Hamka menilai pernikahan ini sah secara agama.


        Megawati sendiri tidak memberikan sepatah kata selama persidangan, Fatmawati juga mempercayakan semua kepada anak sulung dan pengacaranya, Sumadji. Hassan yakin sepenuh hati bahwa Megawati mencintainya, Hassan bahkan sudah memiliki rencana ia akan membawa Megawati dan kemudian mengajak Megawati untuk memperdalam agama Islam. Hassan baru akan mengalah apabila Megawati sendiri yang menyatakan bahwa ia sudah tidak lagi mencintai Hassan. Baik menang atau kalah, Hassan akan tetap tinggal di Indonesia sampai akhir tahun 1972, atau sampai visanya kadaluarsa. Namun pada akhirnya Hassan kalah, dan dia pun patuh kepada keputusan hakim. Megawati juga menerima putusan hakim dan kembali ke rumah ibunya.


        Megawati sendiri tidak memberikan sepatah kata selama persidangan, Fatmawati juga mempercayakan semua kepada anak sulung dan pengacaranya, Sumadji. Hassan yakin sepenuh hati bahwa Megawati mencintainya, Hassan bahkan sudah memiliki rencana ia akan membawa Megawati dan kemudian mengajak Megawati untuk memperdalam agama Islam. Hassan baru akan mengalah apabila Megawati sendiri yang menyatakan bahwa ia sudah tidak lagi mencintai Hassan. Baik menang atau kalah, Hassan akan tetap tinggal di Indonesia sampai akhir tahun 1972, atau sampai visanya kadaluarsa. Namun pada akhirnya Hassan kalah, dan dia pun patuh kepada keputusan hakim. Megawati juga menerima putusan hakim dan kembali ke rumah ibunya.


        Seakan segala penderitaan masa mudanya dibayarkan oleh momen ini, memang Megawati harus melalui jalan yang panjang dan berliku, namun bagai cermin, Taufiq Kiemas benar-benar seperti cermin bagi Megawati. Pada masa mudanya, baik Megawati dan Taufiq sama-sama aktif dalam kegiatan perpolitikan, Taufiq Kiemas juga sudah sangat dekat dengan pemikiran Soekarno tidak ragu ketika akan menikahi putri pertama Soekarno. Taufiq juga menerima kedua anak Megawati dari Surindro seperti anak sendiri, kisah cinta mereka pun semakin sempurna dengan kelahiran Puan Maharani. Megawati dan Taufiq kemudian bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia dan menjadi anggota DPR-RI. Taufiq setia menemani Megawati bahkan ketika istrinya menjadi presiden Indonesia, dan sampai hembusan nafas terakhir.

Namun apabila Megawati tidak menikahi Taufiq Kiemas, mungkinkah jalan hidup Megawati hanya akan menjadi ibu rumah tangga?



Referensi:

Ade Ma’ruf. 2013. Megawati Soekarnoputri: Riwayat Pribadi dan Politik Putri Bung Karno. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media (diakses melalui ipusnas).


Pusat Data Analisa Tempo. 2019. Masa Kecil Para Pemimpin Indonesia: Megawati, Prabowo, SBY. Jakarta: Tempo (diakses melalui ipusnas).


_____________________. 2019. Kisah Cinta Megawati dan Status yang Dianggap Tidak Sah. Jakarta: Tempo (diakses melalui ipusnas).


Sumarno. 2002. Megawati Soekarnoputri dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara. Depok: Rumpun Dian Nugraha.

        

Komentar