Riwayat VOC: Hidup Segan Mati Tak Senang

Penulis: Raymirzard Alifian F.

Editor: Raihan Risang A.P.




        Vereenigde Oostindische Compagnie atau yang sering disingkat VOC merupakan kongsi dagang yang didirikan pada 20 Maret 1602. Tidak lama setelah berdirinya, kongsi dagang Hindia Timur ini telah berhasil menggeser kejayaan Portugis maupun Spanyol di Asia. Sebelumnya, East India Company (EIC) yang telah lebih dulu didirikan di London pada 1600, rupanya tidak dapat menahan strategi monopoli dagang yang diterapkan VOC. Faktor lain yang menyebabkan EIC kalah dalam hal monopoli dagang adalah, kurangnya dudungan dari kerajaan Inggris akan EIC.


        Dalam Babad Tanah Djawa karya Ng. Kertapraja, versi J.J. Meinsma (1874). Digambarkan bahwa kapal-kapal pedagang Belanda yang berukuran kecil, namun ketika berdagang mereka mulanya rukun satu sama lain, namun dikemudian hari mereka malah bertindak tidak rukun satu sama lain. Akibatnya pemerintah kerajaan Belanda menyatukan pedagang-pedagang tersebut menjadi satu, dengan panji Vereenigde Oostindische Compagniei. VOC diberi wewenang berdagang mulai dari Kaap de Goede Hoop (salah satu pulau di Afrika Selatan) hingga Magelhaens (diperkirakan kepulauan Asia Tenggara). Pedagang lain tidak diperbolehkan untuk berdagang dalam wilayah cakupan VOC (monopoli). Wewenang tersebut berdasarkan perjanjian atas Dewan Negara Belanda (Straten Generaal) dengan seluruh negara jajahan.


        Dengan kebijakan tersebut Perusahan (kompeni/VOC) harus membentuk prajurit, membangun benteng atau garnisun, membuat uang, dan menetapkan Gubernur dan beberapa pegawai lainnya. Seluruh pegawai, harus bersumpah setia terhadap Dewan Negara Belanda (Straten Generaal) dan pimpinan VOC. Tidak hanya itu, jika bisa, VOC juga harus membantu Kerajaan Belanda dalam memerangi musuhnya.


        Di tanah Belanda Bewindhebber (gubernur atau manager perusahan) berjumlah tujuh puluh tiga, namun jumblah tersebut tidak lama, setelahnya berjumlah enam puluh. Para Bewindhebber adalah adalah orang yang paling banyak mendapat bagian kekayaan di badan VOC. Semisal ada satu perahu yang berlabuh dari tanah India (Asia Tenggara), mereka mendapat bagian 1% setiap bongkar muat. Maka dari itu Bewindhebber merupakan jabatan yang sangat diperebutkan. Bewindhebber yang tadinya berjumlah enam puluh, mengkerucut hingga tujuh belas. Para tujuh belas Bewindhebber tadi, memiliki kewajiban sebagai pemegang pemerintahan perusahaan disetiap harinya. Bewindhebber memiliki julukan “Heren XVII, Directeuren atau Mayores”. Setiap sepuluh tahun sekali, para Bewindhebber harus menyusun laporan (Verslag) untuk diserahkan kepada Straten Generaal dan para Aandeelhouder.


        Kapal VOC yang pertama kali berangkat bernama Van Waerwijck, yang juga berlayar pada tahun 1602. Seluruh loji dari kegiatan terdahulu, jatuh ketangan VOC sebagai penerus. Loji tersebut berupa kantor yang dikelilingi gudang dan rumah para pegawai. Di wilayah luar loji juga sering terdapat parit yang mengelilingi loji, tidak hanya itu, tidak sedikit pula loji yang diberi pengamanan berupa garnisun. Namun hal ini tidak terlaksana diseluruh loji, beberapa diantaranya tidak terdapat parit dan garnisun, karena beberapa penguasa lokal tidak memberikan ijin membangun.


        Dalam membangun loji, tak jarang VOC harus berhadapan dengan loji Portugis. Dalam beberapa peristiwa dari tahun 1603 di Banten, Gresik, Johor, Pattani, Makassar dan Jepara. Loji di Pattani VOC harus berhadapan dengan pedagan China dan Jepang,  dikira mendapat keuntungan namun dalam kenyataan tidak sama sekali.


        Tiba permasalahan dalam batang tubuh VOC, maka pada tanggal 1 September 1609, kuasa atas tanah India (Asia Tenggara/Nusantara) berada dalam satu kuasa, yaitu Gouverneur Generaal (Gubernur Jendral). Gubernur Jendral yang pertama adalah Pieter Both, dia diperintahkan untuk memeriksa kelakuan dan pekerjaan para pegawai. Gubernur Jendral juga dibantu oleh pegawai lain, yang dijuluki Raad Van Indie (Dewan Hindia) bertempat di Gedung Volksraad (sekarang menjadi gedung Pancasila/Departemen Luar Negeri).


        Raad Van Indie berjumlah sembilan, kelima orang Raad Van Indie bertugas mendampingi dan mengawasi Gubernur Jendral, sisanya (dijuluki “Lid”) bertugas sebagai Gubernur di wilayah lain. Namun ketika ada rapat penting, Lid akan bergabung dalam rapat tersebut. Keputusan Gubernur Jendral haruslah berembuk dengan Raad Van Indie. Namun keputusan tetap ditangan Gubernur Jendral. Ketika Raad Van Indie (Lid) tidak bisa memberi keputusan, keputusan Gubernur Jendral dianggap sah. Dalam perumpamaan, Gubernur Jendral merupakan pimpinan perang di darat maupun di laut.


        Ketika VOC kerepotan menghadapi Inggris. Jan Pieterszoon Coen, Liding Raad Van Indie sangat khawatir beberapa jajahan VOC akan direbut Inggris. Pada tahun 1616 armada Inggris menapakkan kaki di Pulau Run (jajahan VOC di Maluku). Pada saat itu J.P. Coen menghadapi beberapa masalah di Jawa. Coen lalu enggan memerangi Inggris. Pada tahun 1628 dan 1629 J.P. Coen harus menghadapi serangan Mataram yang diprakarsai oleh Sultan Agung.


        Dengan dijadikannya Batavia sebagai pusat administratif, beberapa masalah banyak terjadi di Jawa. Beberapa peperangan dan beberapa peristiwa akibat kebijakan VOC juga begitu kompleks. Semisal campur tangan VOC dalam Perang Suksesi Jawa I, II, dan III. Peristiwa pembantaian peranakan Tionghoa di Batavia oleh Adriaan Valckenier, guna membatasi populasi Tionghoa di Batavia. Peristiwa ini yang nantinya menyulut pemberontakan Sunan Kuning (Cucu Amangkurat III) beserta prajurit gabungan Tionghoa-Jawa yang menyerbu Keraton Kartasura.


        Perpecahan Surakarta dan Yogyakarta pun juga tidak akan pernah terjadi jika tidak ada campur tangan Gubernur Jendral Baron Van Imhoff dalam pembagian tanah di pasewakan agung Keraton Surakarta. Beberapa perjanjian yang sangat merugikan penguasa lokal baik di Jawa, Makassar, dan berbagai tempat lainnya. Disamping menipisnya jumlah kas perusahaan, Bewindhebber tetap mendapat jatah besar dari jabatanya tersebut. Hal ini menimbulkan ketimpangan antara pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Dengan keadaan seperti ini VOC tidak dapat melangkah satu langkah kedepan dari pesaingnya.


        Bagai hidup segan, mati tidak senang. Api semangat VOC meredup, perang Belanda dengan Inggris membuatnya semakin genting. Kurangnya dana keuangan, seringnya ikut campur dalam persoalan kuasa lokal, dan biaya perang yang mahal, menjadikan VOC semakin kalap. Senjakala VOC semakin diperkeruh dengan korupsi yang menggerogoti tubuhnya. Pada Akhirnya VOC runtuh pada tanggal 31 Desember 1799, dan semua asetnya diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda.





Daftar Pustaka:

Meinsma, J.J. 1987. Babad Tanah Djawi ; de prozaversie van Ngabehi Kertapradja / voor het eerst uitgegeven door J.J. Meinsma en getranscribeerd door W.L. Olthof (Javasche Proza). Dordrecht, Holland : Foris Publication.

Hall, Frederick. 1920. A Manual of Netherlands India. London: Oxford University.

Klaveren. The Dutch Colonial System in The East Indies. Bangkok: Chulalongkorn University.

Rickfels, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Alih bahasa Tim penerjemah Serambi. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Marwati D. P, Nugroho N (Ed). 2010. Sejarah Nasional Indonesia: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Gaastra, Femme Simon. Organisasi VOC. Alih bahasa yahrita Chairaty Kasim dan Dr. Th. van den End.

Daradjadi. 2017. Geger Pecinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC. Jakarta: Gramedia.

Komentar