FIFA World Cup 2010, Hagemoni dan Sihir Afrika Selatan

Penulis: Feri Ardiansyah

Editor: Raihan Risang A. P.

Kemeriahan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Ini menjadi kali pertama perhelatan akbar tersebut diselenggarakan di Benua Afrika.
 Afrika Selatan adalah Negara yang memiliki sejarah kelam di masa lalu terutama hal kriminalitas. Sistem politik Apartheid menjadi sumber utama  hukum dan politik yang didasarkan atas identitas etnis dan ras. Sejarah penerapan politik apartheid diawali dengan politic segregasionist yang diterapkan dalam kebijakan buruh terutama di bidang pertambangan yang pada waktu itu menjadi salah satu industri besar di Afrika Selatan. Kebangkitan sistem produksi sekunder memunculkan industri yang membutuhkan buruh murah dalam jumlah banyak. 


Politik Segregasi di munculkan sebagai strategi dari kelas pengusaha kulit putih untuk memperoleh buruh murah sehingga dapat menekan biaya industri yang baru berkembang pada waktu itu. Apartheid menjadi semakin kontroversial, mendorong ke arah meluasnya sanksi internasional, dan kerusuhan serta penindasan pada Afrika Selatan. Suatu periode panjang penindasan oleh pemerintah, dan kadang-kadang disertai dengan kekerasan, pemogokan, demonstrasi, protes, dan sabotase dengan menggunakan bom atau cara lain, oleh berbagai gerakan anti-apartheid yang diikuti terutama oleh Kongres Nasional Afrika (ANC).


Sampai Akhirnya pada tahun 1990, Presiden Afrika Selatan, Frederick Willem de Klerk, berupaya untuk menghapuskan krisis yang terjadi. Hal ini dibuktikan melalui Pemilihan Umum tanpa diskriminasi ras pertama pada tahun 1994. Menangnya ANC di pemilu tahun 1994 menjadikan Nelson Mandela selaku ketua ANC sebagai Presiden berkulit hitam pertama di Afrika Selatan. Peristiwa tersebut sekaligus menandakan berakhirnya masa pemerintahan politik Apharteid yang terjadi di Afrika Selatan. Setelah Nelson Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, negara ini mulai menjadikan diplomasi publik sebagai salah satu program yang diperhatikan oleh pemerintah dengan tujuan perbaikan citra positif Afrika Selatan dalam dunia internasional. Salah satu bentuk diplomasi publik tersebut berupa diplomasi olahraga melalui penyelenggaraan Mega Sporting Events (MSE).


Perhelatan Mega Sporting Events atau acara olahraga akbar sudah tidak asing lagi bagi Afrika Selatan. Sejak tahun 1995 Afrika Selatan telah menyelenggarakan Piala Dunia Rugbi (1995) dan Piala Dunia Kriket (2003). Namun, kedua acara olahraga akbar tersebut tidak mampu memperbaiki citra Afrika Selatan dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh masih adanya pandangan negatif terhadap Afrika Selatan, diantaranya banyak negara yang mengaggap Afrika Selatan sebagai negara primitif dan terbelakang. Ditambah lagi memang kedua olahraga tersebut kurang populer di Afrika Selatan. Dari 


Bidding Hingga Persiapan

Setelah berhasil menyelenggarakan dua Mega Sport Event, Afrika Selatan rupanya masih ingin menunjukkan kesiapan mereka untuk menjadi tuan rumah suatu event besar, ditambah dengan motivasi untuk melepaskan diri dari belenggu kelam dimasa lalu. Pada tahun 2004, secara mengejutkan Afrika Selatan mengajukan bidding untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. Bidding kala itu diikuti oleh tiga negara, yakni Afrika Selatan, Mesir, dan Maroko. Pada tanggal 15 Mei 2004 dengan voting yang dilakukan di Zurich, Swiss. Afrika Selatan berhasil memenangkan bidding dan menjadi negara Afrika pertama yang menjadi tuan rumah perhelatan terakbar olahraga sepakbola, FIFA World Cup. 


Dengan terpilihnya Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010, pemerintah Afrika selatan berharap ini adalah titik awal kebangkitan negara secara finansial dan sosial budaya. Sebagai langkah awal, Federasi Sepakbola Afrika Selatan membentuk komite penyelenggara yang bekerja sama dengan FIFA. Sebagai negara berkembang memang perlu ekstra keras bagi Afrika Selatan untuk menyuguhkan perhelatan akbar yang memukau. Infrasruktur adalah salah satu hal yang perlu dibangun kala itu. terutama stadion dan segala penunjangnya. FIFA mengeluarkan dana $1,1 Miliar, sementara Afrika Selatan menghabiskan $5 Miliar untuk mempersiapkan segalanya. Afrika selatan mempersiapkan 10 Stadion, yang 5 diantaranya merupakan stadion baru.


Keamanan selama turnamen ini juga menjadi perhatian khusus dari pemerintah Afrika Selatan. Sebanyak 40.000 petugas polisi baru akan ditugaskan selama penyelenggaraan event ini. Dana sebesar 3 Miliar Rend dialokasikan oleh Pemerintah Afrika Selatan untuk menjamin keamanan selama event ini. 


Piala Konfederasi sampai Piala Dunia

Setelah persiapan yang panjang di segala sektor, Piala dunia pun semakin dekat. Infrastruktur seperti stadion pun rampung, 10 stadion yang dipersiapkan Afrika Selatan antara lain: Soccer City Stadium (Johannesburg), Ellis Park Stadium (Johannesburg), Royal Bafokeng Stadium (Rustenburg), Peter Mokaba Stadium (Polokwane), Mbombela Stadium (Nelspruit), Nelson Mandela Bay Stadium (Port Elizabeth), Free State Stadium (Bloemfontein), Loftus Versfeld Stadium (Pretoria), Green Point Stadium (Cape Town), dan Moses Mabhida Stadium (Durban). 


Sebagai ajang permulaan dan pengukuran kesiapan Afrika Selatan, maka 4 Stadium di uji coba menjadi arena dalam Piala Konfederasi yang diikuti oleh juara dari masing-masing benua, ditambah juara piala dunia edisi sebelumnya, serta tuan ruma piala dunia. 4 stadium tersebut adalah Ellis Park Stadium (Johannesburg), Free State Stadium (Bloemfontein), Loftus Versfeld Stadium (Pretoria) dan Royal Bafokeng Stadium (Rustenburg), dimana Brazil keluar sebagai juara setelah mengalahkan Amerika Serikat walau tertinggal 1-2 pada babak pertama, kemudian Brazil membalikkan keadaan menjadi 3-2.


Piala dunia kali ini menghadirkan maskot yang bernama Zakumi. Zakumi adalah seekor macan tutul berwarna kuning, dengan rambut "nyentrik" berwarna hijau, mengenakan kaus bertuliskan "South Africa 2010", dan celana pendek berwarna hijau, dan tengah memegang sebuah bola. Zakumi lahir pada 16 Juni 1994, bertepatan dengan Hari Pemuda di Afrika Selatan sehingga akan dirayakan secara global dengan tajuk Piala Dunia FIFA 2010. Nama Zakumi berasal dari kata "Za", yang merupakan kode dua huruf untuk Afrika Selatan, dan "kumi", sebuah kata yang berarti sepuluh dalam berbagai bahasa Afrika. Lagu berjudul "Waka-waka" yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Kolombia, Shakira dan band Freshlyground dan lagu ini dinyanyikan dalam bahasa Inggris dan bahasa Spanyol. Lagu ini didasarkan pada lagu prajurit tradisonal Afrika yang bernama Zangalewa. Adidas Jabulani adalah bola resmi piala dunia kali ini.

Logo resmi FIFA World Cup 2010 di Afrika Selatan. (Sumber: www.fifa.com)

Piala Dunia yang ditunggu-tunggu pun datang, 11 Juni—11 Juli akan menjadi sejarah terselenggaranya piala dunia pertama di benua Afrika. Hegemoni masyarakat Afrika Selatan dan pecinta sepakbola dunia pecah di Soccer City Stadium, sekitar 84.000 lebih penonton memadati stadium, serta jutaan pasang mata menyaksikan kemegahan opening ceremony Fifa World Cup 2010 dari rumah masing-masing. Lagu "waka-waka" berkumandang dengan megah menyemarakkan keriuhan stadium. Vuvuzuela (Alat musik tiup panjang) pun membanjiri stadium dengan suaranya. Dan menjadi salah satu momen yang dikenang kelak dari Piala Dunia 2010 Opening Ceremony ini ditutup dengan laga Pembuka Antara tuan Rumah Afrika Selatan melawan Meksiko yang berakhir dengan hasil sama kuat, 1-1. 


Piala Dunia Edisi kali itupun mengukuhkan Spanyol sebagai juara lewat Gol tunggal Andres Iniesta di babak perpanjangan waktu, dan membuyarkan belanda untuk menjadi raja dunia. Kesuksesan Piala Dunia Sepak Bola 2010 dapat dilihat dari jumlah tiket terjual selama penylenggaraan berlangsung. FIFA World Cup Ticketing Center (FWCTC) menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam penjualan tiket. Tiket untuk Piala Dunia Sepak Bola 2010 disediakan oleh FWCTC sebanyak 3 juta tiket. Sebanyak 97.5% tiket berhasil dijual dengan jumlah 2,967,349 tiket, hal tersebut menjadi kesuksesan sendiri bagi Afrika Selatan. 


Komite Penyelenggara Piala Dunia Sepak Bola 2010 melaporkan bahwa telah meraih keuntungan melalui turnamen ini. Pendapatan yang diraih selama turnamen mencapai angka 526 Juta USD (1 U$D=Rp.11.500, kurs tahun 2010). Sebanyak 300 Juta U$D diraih melalui hasil penjualan tiket, sementara sisanya didapatkan melalui dukungan secara langsung dari FIFA. Pendapatan ini lebih banyak 10 juta U$D dibandingkan dengan pengeluaran oleh komite. Komite Penyelenggara mengeluarkan dana sebesar 516 Juta U$D untuk opersioanal selama turnamen. Biaya operasional turnamen lebih banyak dipakai untuk pengoperasian stadion sebesar 260 Juta USD. Pengeluaran ini juga sudah termasuk sumbangan ke pemerintah Afrika Selatan sebesar 23 Juta USD. 


Sebuah prestasi membanggakan bagi negara yang dulunya dianggap primitif dan terbelakang, hingga membuktikan dapat menjadi tuan rumah event sepakbola terbesar di dunia. Sebuah prestasi yang berhasil mengubah citra Afrika Selatan di mata dunia Internasional.


Penulis: Feri Ardiansyah

*Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta 2019


Referensi

Ahmad Saudi. Strategi Afrika Selatan Mengembalikan Citra Dan Mempersatukan Bangsa Melalui Piala Dunia Fifa 2010. FISIP Universitas Riau. Jom Fisip Vol 2, No.1,Oktober 2015.


Raisa Muthmaina. 2012. Penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2010 Sebagai Diplomasi Dalam Memperluas Marketing Power Afrika Selatan. Jakarta: Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia. (Skripsi).


https://www.antaranews.com/berita/173511/inilah-sepuluh-stadion-piala-dunia-2010, Diakses Pada Tanggal 19 Agustus 2020.


https://sport.detik.com/sepakbola/history/d-2563482/afrika-selatan-2010, Diakses Pada Tangga 19 Agustus 2020

Komentar