Semar Dalam Diri Bapak

Penulis: Azizatul Hafidhoh
Ilustrasi oleh Muhammad Lazuardi
Semar ngamuk marang Betara Guru, banjur menyang ing Suralaya, lan ngosak-asik Suralaya nganti ajur lebur sekabehane. Ora ana kang bisa ngalahake senjata lan kekuatane Semar. Sahingga, Betara Guru ninggalake  Suralaya lan lunga ning Karang Kabuyutan. Ananging murkaning Semar wus ora bisa dielak. Ning endi wae panggone Betara Guru, bakal ditemoake marang Semar. Betara Guru banjur tunduk, lan njaluk pangapura marang Semar”......

Orang-orang mulai beranjak dari duduknya. Pagelaran wayang telah usai.

Kamu tau apa yang disampaikan dalam kisah Semar Mbangun Kayangan, Lintang?

Pelajaran tentang kehidupan?”

Iya, tentang makna ilmu sangkan paraning dumadi, asal muasal dan tujuan hidup. Lalu apa lagi?

  Lintang ndak tahu, Bapak. Lintang ndak paham tentang cerita wayang.

Itulah kenapa Bapak sering mengajakmu untuk menonton pagelaran wayang, karena banyak sekali makna yang bisa kita ambil dan pelajari. Untuk apa, Ndhuk? Untuk bekal menghadapi kehidupan yang makin edan. Selain sangkan paraning dumadi, Semar juga mengajarkan tentang manunggaling kawula Gusti, bersatunya antara hamba dan Tuhannya. Serta tentang kasampurnaning dimadi atau kesempurnaan hidup.

Aku hanya manggut-manggut. Bapak memang suka melihat pagelaran wayang, dan pasti selalu mengajakku untuk ikut. Aku tidak suka, aku tidak tahu apa yang dalang bicarakan.

Monggo, Pak Kiyai. Loh kok dereng wangsul, punapa dek Lintang mboten ngantuk?” Salah seorang tetanggaku menyapa, menanyakan kenapa kami belum pulang.

Nuninggih, Pakdhe. Sekedap malih, sebentar lagi kami juga mau pulang.

Woalah, nggih, nggih. Monggo, Pak Kiyai, kula wangsul rumiyin.

Nggih, monggo-monggo.

Bapakku adalah seorang kiyai di sini. Ia memang begitu disegani. Warga sering datang kerumah kami untuk meminta air minum yang sudah dibacakan doa oleh bapak. Mereka percaya bahwa air tersebut bisa menyembuhkan segala penyakit. Bak obat herbal dari negeri Cina, air doa bapak selalu saja bisa menyembuhkan penyakit.

Aku ingat beberapa hari yang lalu putri pak Kades badannya panas tinggi dan tidak kunjung turun setelah dibawa ke rumah sakit. Karena sudah bingung pak Kades datang ke rumah meminta air doa dari bapak. Sungguh ajaib, esoknya putri pak Kades sembuh.

"Ndhuk, tau tidak dunia ini sudah semakin edan. Bapak terkadang bingung bagaimana menanggapinya?

Lah pripun tho Bapak? Lintang ndak paham

Ngenten loh, Nduk. Harusnya manusia bisa menyelaraskan apa yang dilakukan dengan yang dikehendaki Gusti. Penyelarasan tindakan hamba dan kehendak Gusti inilah yang menjadi sarana bersatunya antara kawula lan Gusti. Lah tapi sekarang orang-orang bertindak sesuka hatinya sendiri. Apa bukan ini yang namanya jaman edan?

Aku kembali manggut-manggut, menandakan setuju dengan apa yang dimaksud bapak. Penjelasan dari bapak lebih mudah aku pahami dari pada yang dijelaskan oleh dalang. Mungkin karena bapak menjelaskannya dengan lebih pelan. Ahh aku suka saat ngobrol dengan bapak, dia selalu memberiku wejangan-wejangan kehidupan dari wayang yang sudah kami tonton.

Terutama kamu, Nduk. Anak-anak muda seperti kamu inilah yang biasanya salah dalam berperilaku dan bertindak, menghakimi tanpa tau duduk perkaranya.

Enggih, Pak. Lintang akan selalu berhati-hati dalam berperilaku dan bertindak.

Bapak kembali menjelaskan kisah Semar Mbangun Kayangan. Tentang
mengapa Semar diturunkan ke Bumi untuk membangun jiwa para pemimpinnya dan juga pertentangan Sri Kresna dan Batara Guru yang berusaha mengagalkan usaha Semar untuk membangun Kahyangan. Kisah tersebut sepertinya sudah sangat dihafal betul setiap jengkalnya oleh bapak, mungkin juga sudah berputar-putar seperti bianglala di dalam otaknya.

Sebagai seorang Kiyai bapak juga mengajar anak-anak kecil mengaji di Masjid, setiap pagi dan sore. Bapak mengajari menulis dan membaca Al Qur’an. Ketika mengajar dia juga tidak lupa memberikan wejangan-wejangan tentang kehidupan kepada murid-muridnya. Mungkin, dia berharap bahwa kelak murid-muridnya akan menjadi seseorang yang sukses dengan akhlak baik.

Seperti tokoh Semar dalam kisah Semar Mbangun Kayangan bapak berusaha membangun jiwa murid-muridnya untuk bertindak dan berperilaku baik. Setiap hari bapak selalu mengingatkan murid-muridnya untuk tidak lupa melakukan ibadah serta saling membantu dan menghormati.

Sudah ngantuk, Nduk?
Tanya bapak membuyarkan lamunanku.

Sampun, Pak.

Ya ye sudah, ayo pulang ibumu pasti sudah menunggu sedari tadi.

Enggih, Pak.” Sahutku sambil mengikutinya dari belakang. Aku tersenyum. Sungguh sangat beruntung aku menjadi anak dari seorang bapak hebat sepertinya. Selalu memberiku wejangan-wejangan panjang yang hingga kini terus mengalir dalam darahku. Ucapku dalam hati.

Komentar