Diskusi Dialektika : Pancasila Dalam Arus Modernisasi



Potret suasana acara debat Ilmu Sejarah Angkatan 2019 di Ruang Kuliah 1 FIS UNY, Rabu (16/10/2019)

YOGYAKARTA – Riuh tepuk tangan mewarnai Ruang Kuliah 1 FIS UNY, Demikianlah diskusi menyemarakkan tempat tersebut Rabu (16/10/2019). Bertajuk “Diskusi Retorika dan Dialektika”, acara tersebut berlangsung saling serang. Mengusung tema “Pancasila dalam Arus Modernisasi”, diskusi tersebut murni dilaksanakan oleh Mahasiswa Ilmu Sejarah 2019. Dengan menggunakan konsep debat, mahasiswa baru dibagi menjadi tim pro dan kontra. Menurut Ketua Pelaksana, Arif Ikhromsyah Ismail, dengan memakai konsep debat dapat memantik jalannya diskusi sehingga menghidupkan dialektika.

Acara diawali dengan pembukaan oleh dua orang Master of Ceremony.  Setiap tim terdiri atas tujuh orang, dengan tiga orang sebagai debator inti. Dimana sebelumnya telah diadakan undian untuk menentukan debator dari tim pro dan kontra sehingga setiap tim dapat mengonsolidasi argumennya.

Awal jalannya debat, suasana belum “panas”. Hal ini dikarenakan setiap tim masih membangun argumen-argumennya. Situasi debat menjadi menarik ketika debator dari pihak penentang mempersoalkan relevansi Pancasila terhadap permasalahan masa kini. Argumentasi dari pihak seberang dibalas pihak pro dengan meminta tim oposisi untuk menawarkan suatu ideologi yang mampu menjadi pengganti terbaik Pancasila.

Sedianya, argumentasi dari kedua tim sudah direncanakan dari jauh hari. Hal tersebut diutarakan oleh salah seorang debator. “Masalah arah yang dibicarakan sudah menjadi strategi tim kami,” tutur Suden (18). “Tim pro sudah menduga bahwa arah yang dibawa dari tim lawan adalah mengira kami akan mengganti ideologi baru (sebagai pengganti Pancasila)”, sambungnya.

Akan tetapi, hal tersebut disayangkan oleh debator dari tim pro, Amos (18). “Kubu lawan nggak menawarkan argumentasi yang seimbang. Asumsi kami (tim pro), kubu lawan mengeluarkan tesis ideologi dalam bentuk baru. Itu sebenarnya yang kami harapkan sehingga menciptakan dialektika yang bagus,” ucapnya. Lelaki yang juga menjadi “MVPdalam debat kali ini berharap mahasiswa Ilmu Sejarah lebih dialektis dalam menyikapi permasalahan yang dibicarakan.

Potret penyerahan penghargaan kepada “MVP” debat oleh Ketua HIMA Ilmu Sejarah

Meskipun begitu, debat ini berlangsung tertib, aman, dan lancar. Lebih jauh lagi, acara ini mendapat sanjungan dari para peserta. Dari hasil wawancara Sanskerta, dari kebanyakan peserta yang hadir mengatakan sangat puas dan berharap acara debat tersebut diadakan lagi. Hal tersebut diamini oleh salah satu tamu yang hadir, Kevin Akbar (19). Beliau menyanjung penyelenggaraan debat tersebut. Baginya, ini merupakan media dalam menumbuhkan minat mahasiswa Ilmu Sejarah untuk lebih mau berdiskusi.

Secara teknis, acara debat dimulai pukul 14.00 WIB, sesuai dengan waktu yang ditentukan. Acara tersebut bukanlah tanpa hambatan. Arif, selaku Ketua acara debat kali ini, berujar bahwa Pancasila bukanlah tema awal yang diusung. Adanya campur tangan Prodi membuat diambillah tema Pancasila tersebut. Namun, Pria yang juga Ketua Kelas A Ilmu Sejarah 2019, mengklaim acara ini berjalan dengan sukses. Hal tersebut dapat dilihat dari data kuantitaf , yang mana sebanyak 82 orang hadir (termasuk panitia) dalam acara tersebut.

Sebelum petang, tepatnya pada pukul 16.09 WIB, acara debat selesai dengan ditutup oleh Master of Ceremony. Setelah acara selesai, Sanskerta sempat mewawancarai Ketua Hima Ilmu Sejarah saat ini, Rela Satria (20). Ia menyampaikan sanjungannya kepada Angkatan 2019 dan seluruh peserta yang hadir. Pria yang akrab dipanggil “Mas Rel” ini, juga memberikan catatan dalam debat-debat selanjutnya agar lebih efektif dan efisien.

Reporter : Muhammad Fachrul Rabul
Editor : Donny Agustio Wijaya

Komentar