Tiga Pesan Aktivis’98 untuk Generasi Muda




Budi Wardoyo, Aktivis’98 sekaligus pegiat organisasi Kiri Sosial, memberikan tiga pesan untuk generasi muda. Hal ini disampaikan pasca-berakhirnya acara “Diskusi Peringatan Bulan Reformasi”, bertajuk “Retrospeksi Gerakan Mahasiswa’98 di Yogyakarta” Rabu (16/5/2019).

Sebelumnya, dalam diskusi tersebut, ia juga menyampaikan pandangan terhadap generasi muda yang kini baginya tidak memiliki harapan. Sanskerta sempat mewawancarai Wardoyo alias Bung Yoyok sebelum ia lepas berangkat ke Jakarta. Setidaknya ia memiliki tiga pesan untuk generasi sekarang. Berikut pesan tersebut:


1. Harus Percaya diri

Pesan pertamanya ialah dorongan agar pemuda Indonesia lebih percaya diri. Lebih dari itu, pemuda sekarang juga harus percaya pada kawan-kawannya dan pecaya pada angkatannya. “Pemuda Indonesia harus percaya diri, percaya pada dia, percaya pada kawan-kawannya, dan percaya pada angkatannya,” Jelasnya tak terlalu panjang.

2. Segera Membuat/Mengambil Tanggung Jawab Dalam Perubahan

Baginya Pemuda Indonesia tidak memiliki masa depan bila tidak segera membuat atau mengambil tanggung jawab besar dalam perubahan. Ia menambahkan, bahwa kedepannya dunia kerja yang menjadi harapan pemuda saat ini semakin sempit. Terlebih karena banyaknya tanah yang digusur berimplifikasi pada urbanisasi petani ke kota.

Lebih jauh, kondisi tersebut diperparah dengan keberadaan angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan alias pengangguran. Tak heran, berakhir dengan pemangkasan upah yang kian memburuk. “Pengusaha sering berkata ‘Kalau tidak mau digaji satu juta kamu pergi, diluar masih banyak yang mau dibayar 500 ribu’”.

Selain itu ia berpandangan pemuda kini tidak memiliki kebebasan. “Mereka (Pemuda-red) seharusnya bebas untuk berfikir macam-macam, (tetapi-red) oleh situasi hari ini dibuat tidak bebas. Di Kampus, mereka terkurung seperti dalam penjara. Apa lagi saat SMA, bahkan dari SD dipaksa untuk tunduk. Supaya menjadi pekerja yang patuh untuk dieksploitasi.” Ujarnya.

3. Harus Cerdas

Demi membangun gerakan perubahan dan menyelamatkan masa depannya, pemuda haruslah cerdas. Maka dari itu ia menghimbau agar pemuda banyak bergaul, banyak belajar, banyak membaca, dan banyak berfikir. Pria berperawakan kurus ini pun meluruskan, yang dimaksud bergaul ialah berinteraksi langsung dengan rakyat.

Selain bertemu langsung dengan rakyat, pegiat organisasi Kiri Sosial ini juga menitik beratkan akan pentingnya memahami problem rakyat. Bukan hanya dari buku, tapi dari interaksi langsung dengan rakyat. “Tidak perlu pergi jauh, disekitar kita ini banyak rakyat yang bisa diajak bicara. Satpam, cleaning service, pedagang, ojek online, bicaralah pada semua orang. Bicaralah dengan rakyat, bergaullah dengan rakyat.”

Terakhir ia menyatakan pemuda yang baik bukan dilihat sebagai individu tetapi sebagai sebuah generasi. “Kalau hanya sebagai individu kamu jadi caleg, dapat gaji 40 juta berarti masa depanmu bagus, tetapi satu generasi tidak seberuntung itu. Kalau anggota DPR hanya 560 (sedangkan-red) dengan pemuda sekian puluh juta, lalu bagaimana? Makanya ini bicara soal masa depan kaum generasi muda bukan sebagai masa depan individu” tutupnya, sebelum melanjutkan perjalanannya lagi.

Reporter: Azizatul Hafidoh
Editor: Rachmad Ganta Semendawai

Komentar