Aliarcham Sang Propagandis Kaum Buruh

Bagas Nugroho Pangestu
 
"Pergerakan buruh tidak dibikin-bikin tetapi timbul sendiri dari penindasan.… Di mana ada penindasan di situ timbul satu pergerakan yang hendak menghilangan penindasan itu."Aliarcham



Aliarcham merupakan salah satu tokoh yang hidup pada masa pergerakan. Dia lahir di Asemlegi, Kawedanaan Djuwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada tahun 1901. Tidak ada yang mengetahui pasti tanggal berapa Aliarcham dilahirkan. Aliarcham berasal dari keluarga pemuka agama. Ayahnya merupakan seorang penghulu dan pemuka agama Islam yang cukup terkenal di daerah Aliarcham tinggal. Masa kecil Aliarcham tidak banyak diketahui. Bukti yang menjelaskan masa kecil Aliarcham yaitu pernah belajar di pesantren.

Pendidikan Aliarcham diteruskan ke HIS (Hollands Inlandse School) dengan menempuh waktu enam tahun—yang sebenarnya memerlukan waktu hingga tujuh tahun untuk lulus dari HIS. Aliarcham tergolong anak yang pintar. Setelah lulus dari HIS, Aliarcham melanjutkan ke sekolah guru pribumi (Kweekschool voor Inlands) di Ungaran. Selanjutnya Aliarcham melanjutkan sekolahnya ke sekolah guru menengah atas Hogare Kweekschool di Purworejo.  

Setelah dikeluarkan dari sekolah guru menengah atas Hogare Kweekschool di Purworejo, Aliarcham semakin bersemangat dalam kegiatan revolusioner. Kebencian terhadap pemerintah kolonial yang sudah dibangun semasa muda menjadikan Aliarcham mulai ikut beberapa organisasi politik. Mulai dari Sarekat Islam Merah—yang berubah menjadi Sarekat Rakyat— lalu ikut PKI.

Aktivitasnya membuat Aliarcham semakin banyak belajar tentang penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Kepedulian terhadap kaum kecil semakin tumbuh dalam diri Aliarcham. Salah satunya melalui pergerakan bersama kaum buruh.

Pemikiran tentang kaum buruh penggerak revolusi adalah salah satu gagasan Aliarcham. Menurut Aliarcham, “kelas buruh tidak saja harus berdisiplin, tetapi ia wajib berdisiplin lebih kuat dan lebih keras daripada musuhnya. Sebab kaum kerja (buruh) boleh dikata sama sekali tidak bersenjata, sedang pembela kapitalisme bersenjata lengkap, mulai dari kaki sampai ke rambut”.

Selain itu, menurut Aliarcham kaum buruh harus berdekatan dengan pengetahuan, dengan cara ini maka kaum buruh akan mempersenjatai diri. Kedekatan kaum intelektual dengan kaum buruh juga dikehendaki oleh Aliarcham, “……maka keadaan ekonomi kemodalan itu dimana-mana sangat mendorong intelektuelen kejurusan kesukaran pencarian……berhubung dengan dorongan ekonomi tadi yang menindas intelektuelen turun dalam tingkat hidup berjajar dengan proletar”. 

Dalam sejarah Indonesia tercatat bahwa Aliarcham merupakan salah satu tokoh yang tidak bisa dipisahkan dengan kaum buruh. Beberapa aktifitas politiknya selalu berhubungan langsung dengan kaum buruh. Salah satu contohnya yaitu pada bulan November 1925, sempat terjadi aksi pemogokan kerja buruh gula di Tanggulangin, Jawa Timur (Perhimpunan Dokumentasi Indonesia, 1964 : 19).

Pemogokan ini dicurigai pemerintah kolonial atas gagasan Aliarcham. Dalam buku yang berjudul “Aliarcham Sedikit Tentang Riwayat dan Perjuangnya” menjelaskan sesudah kongres (kongres ke-III PKI) Aliarcham bersama teman-temannya terjun langsung dalam gerakan buruh. Aliarcham pergi ke Surabaya dan memimpin Serikat Buruh Gula.    

Pada tanggal 17 Desember 1925, akhirnya pemerintah kolonial mengeluarkan putusan menginternirkan tiga orang yang tersangkut sebagai pemimpin pemogokan yaitu Aliarcham, Mardjohan, dan Darsono (D.N. Aidit, 1952 : 59). Hal ini untuk memutus rantai pemogokan kaum buruh yang dirasa pemerintah kolonial semakin meluas. Akhirnya pada 24 Desember 1925, Aliarcham  bersama kawan-kawan seperjuangannya dibuang ke Boven Digul. 

Dalam masa pembuangannya di Boven Digul, Aliarcham tetap menyimpan semangat kaum buruh. Hal tersebut dibuktikan Aliarcham pada setiap tahun di tanggal 1 Mei yang merupakan hari buruh, beliau selalu merayakannya. Membuktikan juga bahwa semangat revolusinya bersama kaum buruh tak pernah padam.  

Komentar