―Kemal Sampurna
You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine - John Lennon
You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine - John Lennon
Salah satu musisi era 60'an yang tersohor,
orang yang bisa dibilang telah mempengaruhi banyak orang hingga sekarang. Tidak
hanya sekadar buaian lagu belaka yang ia ciptakan, namun juga mengkampanyekan
cita-cita perdamaian yang kemudian dimanifestasikan dalam salah satu lagunya
yang fenomenal berjudul 'Imagine'. Akhir hidupnya ditutup secara tragis dengan empat
peluru bersarang di tubuhnya.
Adalah John Lennon yang lahir pada tahun 1942
dan besar pada Era post-Perang Dunia II atau biasa disebut era dari generasi
Baby Boomers. Anak-anak yang lahir pada era ini sebagian besar memiliki
berbagai masalah dalam kehidupannya, bahkan sejak mereka kecil karena dunia
barat kala itu sedang mengalami fase perubahan politik dan sosial yang besar
akibat dampak dari perang dunia ke-2 dan dimulainya perang dingin antara blok
barat dan blok timur. Pada era ini pula tercipta berbagai musik-musik baru
seperti Rock n' Roll dan kultur-kultur baru yang biasa disebut sub-culture atau yang lebih jauh lagi counter-culture.
Awal karir John dimulai dengan membentuk
sebuah band bernama Quarrymen bersama
teman-temannya di Quarry Bank Grammar School pada tanggal 6 Juli 1957. Ketika John
Lennon tampil dalam acara gereja di Gereja St. John, Woolton, ia bertemu dengan
Paul mcCartney yang kemudian bergabung dalam bandnya. Dari situ McCartney
mengajak serta temannya George Harrison. Dalam perjalanannya Quarrymen beberapa
kali berganti nama dan berganti anggota, hingga tercipta sebuah nama 'The
Beatles' dengan formasi John
Lennon sebagai rythm
guitarist, Paul McCartney sebagai bassist, George
Harrison sebagai lead
guitarist, dan Ringo Starr sebagai drummer. Setiap anggota
band miliki peran untuk menyanyi dalam setiap lagu yang dibawakan.Dengan bawaan
khasnya yang bisa dibilang belum lazim pada saat itu membuat The Beatles sukses
meraih popularitasnya. Single-single lagu mereka hampir semua menduduki posisi
teratas tangga lagu di Inggris, hingga lagu 'I Wanna Hold Your Hand' pun sukses
menembus pasar Amerika Serikat pada tahun 1964. Hal itu juga menjadi titik
penanda dengan apa yang disebut sebagai 'British Invansion'.
Kesuksesan terus menerus diraih oleh The
Beatles, namun semua berubah ketika sang manajer band, Brian Epstein meninggal
dunia pada tahun 1967. Kepengurusan band yang diambil oleh McCartney tidak
begitu disukai oleh John. Terlebih ketika John telah mengenal Yoko Ono dan
menjalin hubungan dengannya, sifat kontra John terhadap bandnya semakin
menjadi-jadi. Hingga akhirnya The Beatles bubar pada tahun 1970.
Karir John Lennon tidak serta merta ikut
hancur dengan bubarnya The Beatles. Justru selesainya urusan dengan band yang
sangat melegenda tersebut, John bisa lebih leluasa untuk menjalankan
proyek-proyek dan menciptakan karya-karya pribadinya maupun bersama Yoko Ono.
Mereka berdua membentuk sebuah grup bernama 'Plastic Ono Band' dan menciptakan
berbagai album eksperimental serta beberapa single bertema anti perang seperti 'Give
Peace a Chance', 'Cold Turkey', dan 'Instant Karma'. Selain menciptakan lagu
bersama, John dan Yoko juga melakukan kampanye melalui pameran seni hingga
melakukan aksi yang nyeleneh yang
dikenal dengan nama 'Bed-Ins for Peace' dalam rangka mekampanyekan perdamaian
dan pernyataan sikap atas terjadinya perang Vietnam yang meletus pada 1969
dengan cara melakukan aksi tidak beranjak dari kasur selama dua minggu.
Kampanye 'Bed-Ins for Peace' yang dilakukan John Lennon & Yoko Ono pada tahun 1969
Perubahan visi musik yang dibawa John Lennon
ketika ia menjadi seorang musisi solo karir tidak serta merta dikarenakan
faktor yang bersifat reaksioner, maupun berbagai fenomena sosial yang terjadi
pada era tersebut. Lebih jauh lagi, John sebenarnya telah lama dilanda sebuah
kekosongan besar tentang apa yang sudah dilakukannya dan untuk apa dia
melakukan semua hal tersebut. Kepada teman dekatnya, Pete Shotton, dia pernah
berkata,“The more I have, the more I see, and the more experience I get, the
more confused I become as to who I am, and what the hell life is all about.”
(Semakin banyak yang aku dapatkan, semakin banyak yang aku lihat, dan semakin
banyak pengalaman yang aku dapatkan, semakin bingung menjadi apa aku
sebenarnya, dan apa arti dari kehidupan ini semua).
Kesuksesan, ketenaran, dan kekayaan yang
didapat John Lennon selama berkarir ternyata membuat dirinya tersandung dengan
apa yang disebut sebagai kekosongan
eksistensial- Sebuah kondisi dimana seorang individu dihantui oleh sebuah
kekosongan pengalaman batin, kekosongan dalam diri mereka. Tidak ada naluri
yang menggiring mereka untuk melakukan sesuatu, tidak ada tradisi yang
mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan, dan terkadang mereka tidak
tahu apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Kekosongan tersebut hanya dapat
dilalui dengan menemukan untuk apa, kepada apa, atau untuk siapa mereka memahami
dirinya untuk bertindak.
Permasalahan ini kemudian disikapi John
Lennon dengan menempuh studi spiritual. Atas saran dari George Harrison juga ia
melahap buku Bhagavad Gita dan Tibet Book of the Dead, Alkitab pun mulai dipelajari
secara serius. Hingga kemudian dia menemukan sebuah buku karya Hugh
J. Schonfield berjudul Passover Plot yang subjeknya mengenai demitologisasi Yesus. Dari buku tersebut John menemukan sebuah
kepuasan intelektual dan mengubah konsepsinya tentang Tuhan. Dia membayangkan Tuhan
bukan lagi sebagai dewa yang bersifat personal tetapi energi resonansi yang
meliputi alam semesta, sebuah pembangkit
listrik yang secara intrinsik tidak baik maupun buruk seperti listrik yang
bisa saja digunakan untuk mengeksekusi tahanan atau sebagai penerang ruangan.
Dari sini ia mulai melepas keyakinan tentang Yesus, Buddha, Alkitab, dan
berbagai entitas yang dimuliakan, ia menegaskan dirinya sebagai individu bebas
berpikir.
Merasa memiliki tanggung jawab akan sebuah
nilai kemanusiaan dan memanfaatkan tingkat popularitas yang tinggi, terlebih
ketika itu ia masih bersama bandnya The Beatles. Rumusan tentang konsepsinya
tersebut ia sebarluaskan dengan memanifestasikannya lewat lagu 'All You Need Is
Love'. Lagu yang mungkin terdengar naif namun secara implisit John berpesan, bahwa mereka yang ingin memperbaiki dunia akan
lebih bijaksana bila pertama masuk ke dalam diri mereka sendiri. Bila kita
pertama kali melakukan apa yang tidak bisa orang lain lakukan, mengubah diri
kita, maka kita secara positif dapat mempengaruhi orang disekitar kita dan pada
akhirnya seperti riak yang menyebar dari batu jatuh ke dalam kolam, kita dapat mengubah
dunia.
John Lennon juga memiliki relasi yang luas dengan
orang-orang pergerakan. Hal ini dibuktikan dengan hubungan yang ia miliki
dengan Tariq Ali, seorang pria asal Pakistan yang menjadi aktivis dan juru
bicara sayap kiri yang menonjol di Inggris pada tahun 1960. Di Amerika, John
juga menjalin hubungan dengan para hippie
radikal seperti Jerry Rubin hingga Bobby Seale, pemimpin Black Panther yang
merupakan partai sayap kiri di Amerika. Dari relasinya tersebut ia manfaatkan
untuk saling bahu membahu dalam mewacanakan sebuah pergerakan dan kampanye. Meskipun
terkadang John memiliki perbedaan sikap dan pandangan politik dengan aktivis
lain karena ia tetap kukuh untuk melakukan sebuah revolusi melalui seni.
Pemikiran John Lennon tentang cinta dan
perdamaian yang mungkin dianggap sebagian orang terkesan utopis dan bersifat menye-menye namun tetap ditanggapi
sebagai hal yang serius bahkan berbahaya. Hal ini bisa dibuktikan dengan
kekhawatiran presiden Amerika kala itu, Richard Nixon, ketika John Lennon dan
istrinya Yoko Ono memutuskan untuk tinggal di New York. Hingga ada usaha untuk
menyingkirkan John dari Negeri Paman Sam dengan cara mendeportasinya dan
mengkaitkannya dengan penggunaan obat-obatan terlarang yang dilakukannya pada
tahun 1968 di Inggris. Hal ini tidak menghalangi John untuk bergaul dengan para
aktivis sayap kiri dan mengikuti sejumlah aksi protes serta melanjutkan
kampanyenya tentang perdamaian di Amerika.
Hingga terciptalah sebuah lagu yang fenomenal
pun kontroversial. Sebuah lagu yang dianggap sebagian orang-orang beragama
sesat dan dianggap memiliki misi terselubung dalam menyebarkan paham new world
order. Lagu tersebut tidak lain berjudul 'Imagine' yang merupakan pengkristalan
dari filosofi yang dimiliki oleh John Lennon.
Dalam lagunya John mengambil tiga permasalahan
yang paling memecah umat manusia yaitu agama, nasionalisme, dan sikap posesif
yang kemudian disajikan dengan sudut pandang yang netral. John berusaha
memberikan gambaran bahwa untuk membayangkan tidak ada surga adalah sesuatu
yang mudah bila kita mencoba. Membayangkan tidak ada negara bukan merupakan hal
yang sulit untuk dilakukan, namun untuk membayangkan tidak adanya sikap posesif
atau memiliki merupakan sesuatu yang ajaib bila seseorang bisa melakukannya.
Dari semua penggambaran yang diberikan oleh John tersebut, ia berusaha
memberikan cara bagaimana kita mentransformasikan sikap posesif atau rasa ingin
memiliki kita menjadi sebuah sifat untuk saling berbagi.
Melalui lagu Imagine, John Lennon telah
mencapai titik paling sulit secara universal untuk secara sadar
mengkomunikasian sebuah visi yang bisa diterima oleh semua orang dimana pun
mereka berada.
Komentar
Posting Komentar