Sanskerta Edisi Ganjuran



Salam Literasi, STUPA MERAH !

Muncul dari benak kami (Mahasiswa) untuk belajar dan berproses menghadirkan sesuatu secara mendadak. Hal yang sangat bersebrangan, jika hanya menggunakan kata “instant” didalam kamus sejarah. Sejarah yang masih terus kami pelajari selalu memberikan jalan panjang untuk memahami sebuah pencapaian. Namun, seringkali sebuah pemahaman memerlukan cara “khusus” meskipun itu hanya untuk memahami proses belajar itu sendiri. Sama seperti kami, yang belajar melalui HMIS (Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah) sebagai salah satu cara berproses, yang memang harus menggunakan cara “khusus” untuk menghadirkan Sanskerta. Sanskerta edisi khusus tentang Gereja Ganjuran yang kami angkat,sebagai bentuk keseriusan kami dalam mengenal dan mempelajari sejarah sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Sejarah tentang Indonesia tidak terlepas dari peran bangsa-bangsa lain yang turut mewarnai perkembangannya. Kedatangan Bangsa Barat (Eropa) memiliki tempat sendiri dalam kancah panggung sejarah Indonesia. Kebudayaan yang dibangun tersebut, kita kenal dengan istilah Kebudayaan Indis. Berbagai peninggalan dan bukti-bukti berkembangnya Kebudayaan Indis masih melekat dan terjaga dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tak terkecuali perpaduan budaya akibat dari penyebaran Agama Katolik, berupa Gereja Ganjuran.
Kali ini, terbitnya Sanskerta edisi khusus dimulai dengan sejarah perkembangan Gereja Ganjuran di masa awal abad ke 20. Keluarga Schmutzer sebagai tokoh yang berperan penting dalam pendirian Gereja Ganjuran. Adanya keistimewaan pada arsitektur Gereja Ganjuran yang sangat terikat dengan budaya Jawa. Simbol-simbol Jawa dapat menyatu dengan simbol-simbol Agama Katolik menjadi bukti perpaduan anatara 2 budaya yang berbeda. Bahkan, relief dan candi menjadi ciri khas pada bangunan-bangunan ibadah di Gereja Ganjuran. Pada sisi lain, buku “Menjadi Merah” yang menceritakan sejarah awal terbentuknya Sarekat Islam di Semarang tersaji dirubrik resensi.
Gereja Ganjuran ialah gereja yang khusus, sekiranya itulah yang membuat kami meng”khusus”kan cara dan proses pembuatan Buletin Sanskerta kali ini. Sebuah keyakinan bahwa Sanskerta akan terus ada hanya karena ketepatan waktu terbit dan kritik yang dibangun dari pihak luar. “Khusus”merupakan hal yang terus kami dekati sebagai bukti bahwa semangat untuk memberikan yang terbaik bagi pembaca Sanskerta. Akhir kata, selamat “menjelajah waktu dan peradaban” di Bumi Ganjuran. Salam Literasi

Komentar