Sanskerta Asean


Salam Literasi, STUPA MERAH !

         Jeda waktu yang panjang, Buletin Sanskerta kembali setelah mengalami “mati suri” beberapa bulan. Selama hampir 4 bulan berbagai kesibukan mulai dari tugas perkuliahan hingga kejenuhan sebagai alasan yang melanda setiap anggota di divisi Pers dan Historiografi (PH), Hima Ilmu Sejarah. Hal yang perlu dipahami sebagai bagian proses panjang untuk memberntuk pribadi kami, sekaligus kembali mengingat tujuan divisi PH untuk tetap melekat pada Hima Ilmu Sejarah. Suatu keharusan dengan tekad dan semangat yang harus terus dijaga, sebagai wujud kosekuen kami untuk terus menyajikan Sansekerta. Suatu kebahagiaan dengan tanggung jawab yang besar perlu ditanamkan pada setiap individu yang masih berproses di divisi PH, menginggat keberadaan pembaca setia Buletin Sanskerta menjadikan Sanskerta masih harus tetap hidup hingga kapanpun.
       Sebagai salah satu pilar yang menjadi acuan mahasiswa, khususnya Ilmu Sejarah untuk mengenal menulis menjadi bagian proses di masa perkuliahan. Konsep membaca, berdiskusi dan menulis merupakan rangkaian yang terus digaungkan di setiap proses belajar kami di Hima Ilmu Sejarah, khususnya divisi PH. Wacana-wacana keilmuan yang dibangun di lingkungan kami dengan ide-ide serta kreatifitas dalam mengolah kata merupakan suatu amanat yang begitu besar untuk disampaikan menjadi informasi bagi pembaca. Sudah menjadi bagian tugas kami sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah untuk mengenalkan dan menjembatani “Sejarah” untuk menjadi bagian dari masyarakat. Sehingga pada akhirnya, pentingnya pemahaman dan kepedulian terhadap sejarah menjadikan sumbangsih bagi kemajuan dan proses kedewasaan masyarakat secara luas.
        Pada edisi Sanskerta ketiga ini, kami ingin mengenalkan sejarah panjang perjalanan awal dibentuknya ASEAN. Organisasi yang mencakup bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara tersebut awalnya bergerak dalam motif ekonomi dengan hubungan kerjasama. Sedangkan tokoh utama dari Indonesia sebagai salah satu pemerkasa dibalik berdirinya ASEAN yaitu Adam Malik. Perjalanan panjang dari pengalaman kehidupan dan otodidak   mengantarkan Adam Malik menjadi orang berpengaruh ditingkat nasional maupun dunia. Pada rubrik perspektif adanya politik etis akibat dari proses perkembangan zaman di masa penjajahan Belanda, berperan besar memepengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia hingga sekarang. Sedangkan disisi lain, kesadaran cinta tanah air dan nasionalisme yang harus ditumbuhkan pada jiwa pemuda. Mengingat peran pemuda didalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting untuk menjadi pelopor maupun penggerak.hingga pada rubrik resensi kami mencoba mengulas kembali film “Jendral Sudirman” dan sejarah peci pada kehidupan berbangsa dan simbol agama menjadi penutup pada rubrik intip.
         Sekiranya Sanskerta pada edisi ketiga ini merupakan titik awal kembalinya semangat untuk terus berkarya, dengan perjuangan menghadirkan Sanskerta tepat waktu dikemudian harinya. Sehingga, perlunya masukan kritikan dan saran terus kami tunggu, sebagai wujud kepedulian pembaca setia Sansekerta. Akhir kata, selamat “menjelajah waktu dan peradaban”, Salam Literasi!
REDAKSI

Komentar