Sanskerta Pergerakan Wanita dalam Sejarah


Salam Literasi, STUPA MERAH!
Penempaan ini terus berlanjut, terus menempa siapapun yang ingin belajar, memahami, dan melaksanakan setiap ilmu pengetahuan yang disediakan oleh Sang Pencipta di alam semesta ini. Sebagai bagian dari makhluk Tuhan, manusia diwajibkan untuk terus belajar dari lahir hingga meninggal dunia. Hal yang sangat mendasar yang dilakukan manusia sebagai wujud rasa syukur atas dititipkannya anugerah yang tidak dimiliki makhluk ciptaan-Nya yang lain, yaitu akal. Manusia menggunakan akalnya untuk terus berfikir dan belajar mengenal berbagai gejala yang ada di dunia, hingga orang bijak mengatakan “Guru terbaik ialah pengalaman” . Pengalaman yang diperoleh setiap manusia untuk menjadi bahan pembelajaran agar lebih hati-hati dalam bertindak dan menjalani kehidupan selanjutnya. Seperti halnya kami (mahasiswa) yang pada hakekatanya ialah manusia,
melakukan proses belajar dan mencoba melaksanakan setiap ilmu yang diperoleh kedalam tulisan. Mengingat Sejarah merupakan keilmuan yang kami pelajari, menjadikan kami terus belajar memahami makna sebuah peristiwa dimasa lampau. Kami mencoba menceritakan kembali berbagai ingatan masa lampau, bukan untuk membuka luka lama maupun hanya sebatas mengenang kejayaan dan mengabadikannya. Namun, hal ini semua kami sadari sebagai bagian proses belajar karena
sejarah merupakan ilmu yang menjembatani antara masa lampau dan masa depan kehidupan manusia.
Sebuah proses panjang baru berjalan di roda keorganisasian Hima Ilmu Sejarah, mengenalkan beragai
wacana keilmuan melalui membaca dan mendiskusikannya sebagai wujud pengelolaan dari berbagai ilmu yang ada. Diakhirnya, kami mencoba belajar untuk menuliskannya sebagai wujud pengingat pentingnya keberadaan Pers dan Historigrafi (PH) di dalam tubuh organisasi Hima Ilmu Sejarah. Buletin Sanskerta sebagai wadah kami dalam menuliskan berbagai keilmuan menjadi sebuah barang yang berharga dan untuk terus kami jaga keberadaanya. Itu sebabnya, perubahan yang terjadi dalam Buletin Sanskerta sebagai wujud penghargaan kami supaya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Pada edisi ke dua ini, Buletin Sanskerta mencoba mengganti bentuk font logo dan tata letak penulisan disetiap rubrik. Penambahan rubrik di akhir halaman berupa “UNIK” bertujuan untuk mengisi waktu luang dan mengasah akan pengetahuan sejarah dari pembaca. Adanya karikatur juga menjadi wujud penyalurkan karya seni menggambar di dalam Hima Ilmu Sejarah. Sedangkan pada rubrik rekontruksi, kami mengajak pembaca untuk melihat kembali sejarah panjang perjuangan wanita-wanita Indonesia. Perjuangan wanita dimulai dari datangnya Belanda sebagai penjajah hingga setelah kemerdekaan yang diperoleh rakyat Indonesia pada tahun 1945.

Martha Christina Tiahahu sebagai salah satu tokoh pahlawan wanita Indonesia yang mengusir Belanda dengan gagah berani menjadi sangat menarik untuk dibaca pada rubrik tokoh kali ini. Sejarah kelam Jugun Ianfu yang penuh kekejaman dan menganggap rendah kaum wanita tersaji pada rubrik prespektif. Rubrik prespektif kedua kami mencoba menuliskan perkembangan kaum buruh dengan berbagai alasan munculnya pergerakan buruh. Sedangkan pada rubrik resensi, perjuangan dan perjalanan hidup  Tjokroaminoto yang diperankan oleh Reza Rahardian pada film “Guru Bangsa: Tjokroaminoto” menjadi menarik untuk dibaca. Hingga akhirnya, pada rubrik intip Jemparingan menjadi tema yang
kami angkat. Jemparingan merupakan seni olahraga panahan Mataraman khas Yogyakarta yang mulai terpinggirkan. Sekiranya demikian pengetahuan yang coba kami tulis pada edisi kedua Buletin Sanskerta kali ini. Sebagai bagian proses belajar, tentulah masih banyak kekurangan pada isi
maupun “kemasan” didalam Buletin Sanskerta. Perlunya kritik dan saran, dari pembaca tentulah kami harapkan sebagai wujud perhatian dan membangun Divisi PH. Akhir kata, selamat “menjelajah waktu dan peradaban” pada sejarah panjang perjalanan kaum wanita Indonesia, dan salam literasi.

Baca SANSKERTA Online

Komentar