Djaka Lodang, Majalah Jawa yang Semakin Tergeser Zaman



Oleh: Diah Sari Nastiti


Media massa menjadi salah satu media komunikasi masyarakat yang penting, karena semakin berkembangnya informasi-informasi yang ada, mulai bermunculan media massa yang lebih canggih, seperti halnya koran, televisi, internet dan majalah yang banyak diminati oleh masyarakat. Akan tetapi, dari banyaknya pesaing-pesaing membuat majalah menjadi semakin berkurang peminatnya. Majalah yang pernah melejit pada masanya kini peranannya telah terpinggirkan, bahkan telah terlupakan.

I.       Majalah Djaka Lodang dan Budaya Jawa
Majalah Jawa yang populer terutama di Yogyakarta adalah Djaka Lodang. Majalah Djaka Lodang mengklaim diri sebagai majalah Jawa, sebenarnya tidak semua info yang ditampilkan dalam sampul majalah mengkonotasikan kejawaan. Sebab, nuansa kejawaan akan terlihat dari adanya busana yang disandang para modelnya. Karakter ini sangat berbeda dengan majalah jaman sekarang, yaitu hampir seluruh seluruh foto majalah yang ditampilkan di sampul kebanyakan bernuansa hiburan.

 Penerapan aksara Jawa pada sampul majalah dalam slogan tersebut menguatkan identitas Jawa sebagai sebuah kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaan adiluhung. Tanda-tanda mitos Jawa yang adiluhung meskipun pada realitanya saat ini budaya Jawa telah mengalami pergeseran pengaruh yang dari luar akibat dari tantangan kebudayaan modern. 

Tujuan majalah Djaka Lodang sangat berpengaruh akan perkembangan budaya Jawa. Pertama, Djaka Lodang melakukan penerbitan, sarasehan, penyajian, diskusi, dan kegiatan lain yang mendukung kelestarian budaya Jawa sebagai bagian dari budaya bangsa. Kedua, memelihara pertumbuhan bahasa dan budaya Jawa dengan menyebarkan majalah Djaka Lodang di manapun komuitas Jawa berada. Ketiga, mengajak generasi muda penerus agar budaya Jawa dapat dilestarikan. Keempat, memegang teguh nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam jaman yang terus berubah dan berkembang. Kelima, membuka diri terhadap budaya lain di luar budaya Jawa yang sesuai dengan kepribadian Jawa. 

Majalah Djaka Lodang menjadi simbol bahwa pengetahuan tentang pembudidayaan budaya Jawa perlu diangkat. Dengan cerita-cerita yang terkandung di dalam majalah Djaka Lodang seperti pendidikan Jawa, makhluk halus, dan lain sebagainya.

II.    Pengaruh dari Majalah Djaka Lodang
Dari tahun ke tahun majalah Djaka Lodang dibuat untuk menginformasikan kepada masyarakat yang fanatik dengan bahasa Jawa. Karena majalah berbahasa Jawa yang pertama kali terbit di Yogyakarta sampai sekarang. Majalah tersebut merupakan bukti bahwa bahasa Jawa perlu dilestarikan. Awalnya banyak masyarakat yang berminat hingga menjadi pelanggan setia. Tetapi semakin banyaknya media yang canggih, Djaka Lodang semakin tersingkir. Bahkan dilihat secara global, banyak anak didik yang tidak berminat membaca majalah Jawa.

Orang tua, remaja, dan anak anak mempunyai perspektif minat baca yang berbeda. Orang tua cenderung lebih tertarik pada majalah Jawa ini. Sementara remaja sendiri kebanyakan gengsi untuk membaca majalah Jawa. Hal ini membuktikan bahwa budaya Jawa, terutama bahasa Jawa semakin luntur dan ditinggalkan. Padahal majalah tersebut memuat nilai-nilai yang diyakini oleh kebudayaan Jawa serta gagasan-gagasan yang ingin dikomunikasikan kepada masyarakat khususnya Jawa. 

Majalah ini terus mencoba bertahan di tengah perubahan jaman, mereka mencoba terus setia dengan idealismenya untuk tetap mengabadikan bahasa Jawa kepada masyarakat. Alasan mengapa Djaka Lodang masih beredar sampai sekarang karena masyarakat sadar akan pentingnya menjaga budaya, terutama bahasa Jawa. Walaupun eksistensinya sudah meredup, akan tetapi nama majalah Djaka Lodang tetap ada di hati masyarakat. Hal tersebut, dikarenakan tujuan utama dari majalah Djaka Lodang, yaitu merealisasikan adanya budaya Jawa dalam penulisan didalamnya.





Komentar