Sanskerta Indonesia Masih Ada 1949
Salam Literasi, STUPA MERAH !
suatu jargon terbaru di dalam tubuh Himpunan Maha-siswa Ilmu
Sejarah (HMIS) UNY. Jargon yang selalu bersuara sebagai pemicu semangat kami
(mahasiswa) dalam belajar dan berproses untuk menjadi bagian dari masyara-kat
dikemudian harinya. Stupa Merah merupakan kependekan dari Satuan Muda Penunjang
Akademik Mendalami Sejarah. Pengertian Stupa Merah yang sarat akan dunia
akademik menjadikan maha-siswa sebagai garda terdepan dalam proses pembelajaran
hingga berfungsi“agent of change”. Stupa Merah sendiri diharapkan me-miliki
arti secara simbolik dari bendera organisasi HMIS, maupun mewakili sejarah
sebagai landasan ilmu pengetahuan yang harus di-gunakan mahasiswa dalam
kegiatan dan kehidupan.Pergantian pengurus pada struktur organisasi HMIS sampai
pada satiap divisi tak terkecuali divisi Pers dan Historiografi (PH).
Pergantian pengurus pada divisi PH memberikan suasana dan
se-mangat belajar serta berkarya untuk lebih dalam pembuatan Buletin Sanskerta.
Buletin Sanskertayang menjadi bagian dari PH dituntut untuk memberikan yang
terbaik berupa ketepatan waktu se-bagai bukti keberadaannya. Sungguh hal ini
merupakan suatu tan-tangan bagi kami untuk menghadirkan Buletin Sanskertasecara
tepat waktu. Disela-sela kesibukan mengerjakan tugas dan kegiatan di kampus,
kami mencoba berpro-ses dan belajar melalui divisi PH.
Oleh karena itu, kami yakin proses ini membutuhkan waktu
lama dan tidak secara instant. Adapun berbagai pencapaian maupun hasil dikemudian
hari merupakan bentuk efek dari proses belajar kami. Kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh mahasiswa Ilmu Sejarah dan pembaca Sanskertadi manapun berada
yang selalu memberikan dorongan semangat, saran, dan arahan hingga terbitnya
Buletin Sanskertaedisi pertama di tahun 2015 ini. Penerbitan Sanskertaini, merupakan
awal dari proses panjang belajar kami, tentulah semangat arahan dan saran
sangat diperlukan bagi kebaikan Buletin Sanskertakedepannya. Kami meyakini bahwa
sesuatu yang diawali dengan niat baik, melalui proses dan cara yang baik,
semoga tetap menjadikan sesuatu yang bermanfaat serta memberikan kesan
dikemudian harinya. Itulah harapan yang selalu kami pegang, dengan memohon doa
dari Yang Maha Kuasa untuk terus menyapa serta hadir didalam waktu luang
pembaca.
Buletin Sanskertaedisi pertama tahun ini mencoba menceritakan
kembali peristiwa bersejarah tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kota
Yogyakarta. Yogyakarta menjadi saksi peris-tiwa penting pertumpahan darah dan
peluru dari Bangsa yang baru menghirup kemerdekaan. Kemerdekaan yang diperoleh
dengan air mata hingga nyawa, memberikan pacuan semangat para tokoh untuk mempertahankannya.
Peristiwa haeroik yang didalamnya terdapat tokoh-tokoh pejuang dan berpengaruh
besar. Tokoh-tokoh tersebut seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Jendral
Soedirman, hingga Kolonel Soeharto yang memimpin pasukan di Penyerangan.
Pada rubrik tokoh, kami mencoba mengangkat sisi lain tokoh
yang ber-pengaruh besar pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret, yaitu Jen-dral
Soedirman. Jendral Soedirman yang hidup dari keluarga seder-hana dengan
lika-liku perjalanan untuk menempuh sekolah. Hingga akhirnya di umur yang masih
sangat muda dirinya sudah menjadi seorang jendral. Dirinya mempimpin pasukan
perang malalui cara bergerilya melewati sebagian besar hutan di wilayah Jawa
bagian Selatan.
Meskipun dengan
penyakit yang menyerang dirinya dan ha-rus di tandu untuk memimpin perang
gerilya tersebut. Pada rubrik prespektif, kami mencoba menuangkan pemiki-ran
tentang sistem pendidikan pesantren dan fungsi museum serta monumen. Pendidikan
pesatren yang selama ini menjadi bagian dari masyarakat Islam di Indonesia. Peran
pesantren sebagai tempat belajar ilmu maupun megajarkan tata krama dalam
kehiudupan di masyarakat. Hingga sekarang posisi pesantren menjadi tolok ukur dalam
inputnya yakni “jebolan” pesantren di masyarakat. Disisi lain, fungsi museum
dan monumen yang telah bergeser coba kami angkat melalui pendapat-pendapat kami.
Pergeseran makna monumen dan museum hingga pembiasaan perbedaan keduanya juga
menjadi ba-gian penting bagi masyarakat dewasa ini.
Kemudian di rubrik intip, kami mencoba menceritakan seja-rah
panjang Kotabaru yang unik. Hal ini dikarenakan adanya orang-orang Eropa dan
Belanda yang hidup hingga mengembangkan bu-daya Indische. Banyak bukti sejarah
seperti gedung sekolah, tempat ibadah, dan rumah-rumah bergaya Eropa. Sekiranya
itulah yang menjadi kajian kami pada edisi perta-ma Sanskertakali ini. Kajian
edisi ini memberikan awalan bagi kami dalam proses belajar untuk terus berkarya
dalam menghad-irkan Sanskerta. Sehingga, perlu adanya masukan kritikan dan saran
dari seluruh pembaca Sanskertaagar kedepannya dapat dijadikan masukan dan
pemicu semangat belajar untuk lebih baik. Akhir kata, selamat “menjelajah waktu
dan peradaban” dan salam literasi.
DOWNLOAD SANSKERTA PDF
Hargailah karya orang lain, jika mengutip dimohon mencantumkan sumber.
Komentar
Posting Komentar