Sanskerta Gerakan Pers Zaman Kolonial
Salam literasi!
Sanskertakini hadir kembali menyapa pembaca, yang masih saja
terlambat dalam penepatan waktunya. Dan itu sampai saat ini selalu menjadi
bahan belajar kami. Bahwa proses itu tidak ada yang instan, butuh latihan penuh
kesabar-an. Lagi-lagi, persoalan mengoordinasi manusianya yang paling memakan
waktu. Berangkat dari jadwal kuliah yang padat, sehingga kesulitan berjumpa
menjadi ken-dala. Selalu demikian, terutama kawan-kawan yang memiliki kesibukan
di luar, atau minimal “anak rumahan”, yang mang-kir dengan alasan “ada urusan”.
Keterlambatan ini adalah kebiasaan buruk yang murni atas proses belajar kami, dengan
bermacam alasan yang mencoba mencari pembelaan, tetap saja yang bu-ruk ini mesti segera dibasmi. Kami sadar, penepatan
waktu adalah sebuah kesepa-katan. Dan lalu, kami juga yang menerapkan. Sehingga
dengan segala upaya, baik dari
persiapan tema sampai berangkat ke percetakan ialah satu kesatuan kerja yang senantiasa
kami jaga. Jadinya adalah saat ini, buletin sanskerta ada di hadapan pembaca.
Sekali lagi, sanskerta kembali hadir menyapa. Dalam rubrik rekonstruksi kali ini, sanskerta
coba mengkaji gerak pers di zaman kolonial, tepatnya ketika Belanda mulai
menguasai Indonesia. Pers, yang merupakan wadah penyampaian menjadi alat yang
paling berpengaruh dalam meng-gapai perubahan. Hal ini bisa dilihat dari perkembangannya
yang mampu mengon-trol jalannya pemerintahan Belanda. Baik pers yang didirikan
oleh orang Belanda sendiri, maupun yang didirikan oleh orang-orang Tionghoa,
mereka turut mewarnai dengan
sedikit-sedikit membuka mata kaum bumiputera untuk menumbuhkan pemikir-annya. Menariknya
ialah, pengaruh ini mampu memunculkan kaum bumiputera yang hampir beratus-ratus
tahun mengalami kejatuhan mental yang memang sengaja di-lakukan oleh Belanda.
Bumiputera yang ter-gabung dengan pendidikan Belanda, mulai menyalurkan
gagasan, rasa kecewa, dan ke-inginan untuk menggerakkan kesadaran se-luruh
bangsanya. Hal ini diketahui dari mereka yang bekerja di perusahaan penerbitan milik
Belanda, dengan menjadi wartawan sekaligus redaktur. Lama-kelamaan muncul sosok-sosok
yang kemudian menciptakan dan mendirikan penerbitan sendiri, dengan surat kabar
atau koran yang isinya mampu mengundang kemarahan pemerintah Belanda, yang kemudian
memunculkan peraturan yang melarang untuk beredar, juga sensor yang dimaksudkan
untuk memediasi isi.
Salah satu kaum bumiputera yang menjadi pelopor yaitu Raden
Mas Tirto Adhi Soerjo, yang oleh sanskerta dibahas dalam rubrik tokoh. Ia
merupakan sosok yang bo-leh dikatakan pemula, seperti terdapat dalam buku Sang
Pemulakarya Pramudya Ananta Toer. Membaca kisahnya, serasa melihat kembali
bagaimana kekejaman Belanda dalam membunuh mental bangsa Indone-sia, dan Tirto
mencoba untuk menyadarkan bangsanya lewat tradisi ampuh, yaitu menulis. Dengan
membentuk pendapat umum lewat surat kabar yang didirikannya, yang bisa disebut
pertama didirikan oleh bumiputera yaitu Medan Prijaji. Dari sana, ia memberi ruang
kepada masyarakat untuk mengeluh-kan dan menyampaikan segala sesuatu yang selama
ini menyulitkan. Inilah yang bagi Belanda menjadi ancaman, kekhawatiran tentang
isi atau tulisan-tulisan yang memunculkan nasionalisme. Beranjak ke rubrik terkahir, intip, kami mencoba mencari makna yang
selama ini barangkali menjadi perbincangan, yaitu filosofi bunga di Jawa.
Bunga, tidak lepas dari proses kehidupan. Acara hajatan misal-nya, selalu
menyertakan bunga sebagai sim-bol-simbol tertentu, juga dalam penguburan orang
meninggal ada tradisi menabur bunga. Bahkan sering kita jumpai di setiap rumah selalu
menjadikan bunga sebagai hiasan dan alat terapi. Banyak yang bisa kita pelajari
dari bunga. Dan sanskerta mencoba menyajikan bahasan mengenai itu.
Akhirnya, dengan senang hati silahkan menikmati sajian kami
dari semua rubrik itu. Yang semoga tidak hanya sekedar mengisi waktu luang,
melainkan juga meninggalkan makna dalam benak pembaca. Juga kami ucapkan
terimakasih bagi para pembaca se-tia sanskerta, yang tidak segan menunggu kehadiran
kami. Dengan segala kekurangan, kami sangat mengharap saran untuk perbaikan di
edisi selanjutnya. Dan akhir kata, selamat menjelajah waktu dan peradaban buat seluruh
pembaca.
DOWNLOAD SANSKERTA PDF
Hargailah karya orang lain, jika mengutip dimohon mencantumkan sumber.
Komentar
Posting Komentar