Mengintip Sedikit Tentang Alas Kaki


Oleh : Desinta Kusumaningrum

Setiap hari kita pasti menggunakan alas kaki untuk berjalan, baik itu berupa sandal maupun sepatu. Melihat alas kaki yang selalu kita pakai, pernahkah berpikir bagaimana awal dari alas kaki yang selalu kita gunakan?Alas kaki telah ada jauh pada zaman es sekitar 5 juta tahun yang lalu. Alas kaki yang dibuat bertujuan untuk melindungi kaki dari duri dan batu karang yang menusuk telapak kaki.Sepatu primitif dalam jumlah besar pernah ditemukan di pedalaman Missouri, Amerika Serikat.Diperkirakan sepatu itu berasal dari 8000 SM. Sepatu lainnya juga pernah ditemukan di Pegunungan Prancis dan kemungkinan berasal dari 3300 SM.
Bahan yang dipakai pada zaman kuno ini memakai bahan-bahan alami. Uniknya di setiap bangsa memiliki ragam tersendiri. Suku Masai di Afrika misalnya menggunakan gading. Di Mesir Kuno menggunakan daun lontar dan palem. Sedangkan masyarakat Cina dan Jepang menggunakan kayu sebagai bahan untuk membuat alas kaki.Selain bahan yang berbeda di setiap bangsa, bentuk alas kaki di setiap bangsa juga beraneka ragam. Alas kaki yang dimiliki Yunani kuno memiliki banyak tali yang diikat di sekeliling betis.
Tahun 1930 hingga 1940-an terjadi kekurangan bahan baku sandal, sehingga para perancang mencari alternatif lain dengan menggunakan semacam gabus untuk alasnya. Setelah Perang Dunia II, Bangsa Eropa masih menggunakan tekstil untuk alas kaki. Tahun 1960, permukaan alas kaki menjadi datar dan praktis. Alas kaki mulai merebak pada tahun 1970 dan 1980-an, pada masa ini alas kaki sudah berbentuk sandal dan sepatu.
Alas kaki tidak hanya sebagai alas untuk kita berjalan, tetapi alas kaki juga digunakan sebagai pembeda kelas sosial. Pada zaman Babylonia (2000 SM) raja memakai alas kaki terbuat dari bahan pilihan dan bewarna putih, emas, dan merah. Para bangsawan berwarna putih dan berhiaskan permata, sedangkan pembantu raja tidak memakai alas kaki.Dalam Tetralogi Buru: Pramoedya Ananta Toer di buku “Ketiga Jejak Langkah,”dijelaskan sebagai orang Jawa yang bersekolah di STOVIA, harus berpakaian Jawa: destar, baju tutup, kain batik, dan cakar ayam (tidak boleh beralas kaki) sedangkan yang beralas kaki adalah keturunan Indo atau Belanda totok.
Alas kaki menunjukkan bahwa tidak hanya digunakan sebagai pengaman untuk kaki agar tidak terkena duri, tetapi alas kaki juga sebagai alat untuk membedakan status sosial masyarakat. Meskipun begitu, alas kaki merupakan teman yang tidak pernah mengeluh. Diinjak, ditelantarkan, dan dibuang sekalipun, alas kaki tetap menerima dengan segala perlakuan kita.

Komentar